10 Tahun Jokowi: Hubungan Eksekutif dan Legislatif Tampak Berjalan Mulus, Banyak UU Disahkan
JAKARTA, sp-globalindo.co.id – Hubungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia diketahui agak renggang dalam satu dekade terakhir.
Hal ini terlihat dari sejumlah keberhasilan proses pengambilan kebijakan.
Kerja sama DPR dan pemerintah nampaknya semakin membaik selama 10 tahun kepemimpinan Presiden Jokowi, sehingga tidak sulit bagi kita untuk menemukan perbedaan antara penguasa dan parlemen, kata Forum Masyarakat Terkait Parlemen Indonesia. Formappi) peneliti Lucius Carus saat ditanya, Senin (14/10/2024).
Baca juga: 10 Tahun Jokowi, Evolusi Legislatif Berikutnya: Pertumbuhan dan Perubahan
Secara teori, pejabat dan anggota dewan memiliki kekuasaan yang berbeda; Eksekutif bertanggung jawab mendirikan pemerintahan, sedangkan legislatif bertanggung jawab mengatur dan membuat undang-undang.
Namun kerja sama kedua lembaga terlihat jelas dalam rancangan undang-undang di DPR RI.
Lucius mengatakan proses legislasi harusnya menjadi pertarungan psikologis antar faksi di parlemen. Namun hal ini tidak terlihat pada masa Jokowi.
Baca juga: 10 Tahun Jokowi, Pengembangan Drone dan Upaya Peningkatan Alutsista
Dalam kasus Komisi Hukum, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), RUU Omnibus Law, dan RUU Ibu Kota Negara (IKN), pembuatan undang-undang yang dianggap kontroversial oleh masyarakat seringkali berhasil.
“Baik buruknya harus dilihat antara kelompok atau antara DPR dan pemerintah. Sayangnya hampir tidak diketahui. Perubahan ini memang antara DPR-rakyat versus pemerintah,” ujarnya. Periode pertama (2014- 2019): Dukungan kuat terhadap partai
Pada masa jabatan presiden pertama Jokowi, yakni 2014-2019, ia didampingi Jusuf Kalla (JK) sebagai wakil presiden.
Selama lima tahun ini, Jokowi didukung oleh tujuh dari sepuluh partai di parlemen.
Awalnya koalisi Jokowi-JK hanya didukung empat partai yakni PDI-P, PKB, Nasdem, dan Hanura.
Baca Juga: 10 Tahun Jokowi, Manuver Rangkul Demokrat Usai ‘Ditinggalkan’ PDI Perjuangan
Namun belakangan bergabungnya PPP, PAN, dan Golkar memperkuat dukungan terhadap pemerintahan Jokowi-Jak.
Undang-undang yang paling kontroversial saat itu adalah RUU Komisi Pemberantasan Korupsi yang dianggap tidak berdampak pada masyarakat dan malah terburu-buru.
Kajian tersebut dinilai akan melemahkan Komisi Pemberantasan Korupsi yang merupakan garda terdepan dalam pencegahan korupsi.
Amandemen tersebut tidak bertahan lama karena DPR memutuskan untuk membahasnya pada 6 September 2019 dan menyetujuinya 12 hari kemudian, pada 17 September 2019.