SP NEWS GLOBAL INDONESIA

Berita Seputar Global Indonesia

Global

Pilpres Amerika Serikat Paling Sengit, Trump atau Kamala?

Pilpres AS 2024 yang digelar pada 5 November tengah menjadi sorotan dunia.

Pertarungan antara Kamala Harris dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik menunjukkan kesenjangan ideologi yang mendalam yang ada di Amerika Serikat.

Pertarungan ini bukan sekedar pertarungan politik, namun mencerminkan perbedaan visi yang mendasar mengenai arah politik dalam dan luar negeri.

Dengan mengkaji fenomena ini melalui kacamata teori politik pluralistik, kita dapat memahami bagaimana kelompok-kelompok dalam masyarakat yang berbeda kepentingan dan nilai dapat bersaing satu sama lain, namun tetap beroperasi dalam sistem demokrasi.

Teori pluralisme menjelaskan bahwa masyarakat terdiri dari banyak kelompok yang mempunyai kepentingan dan pandangan yang berbeda-beda, serta sistem politik demokratis memberikan ruang bagi setiap kelompok untuk memperjuangkan aspirasinya.

Pemilu AS tahun 2024 adalah contoh nyata dari teori ini. Basis pendukung Harris dan Trump terpecah karena perbedaan kepentingan ekonomi, nilai budaya, dan demografi.

Populisme juga menekankan bahwa kebijakan publik merupakan hasil negosiasi kepentingan-kepentingan tersebut.

Dalam konteks ini, Harris dan Trump mengklaim sebagai wakil yang paling tepat bagi mereka yang memiliki latar belakang dan kepentingan yang beragam.

Kamala Harris, selaku calon dari Partai Demokrat, menekankan pentingnya kebijakan sosial yang kuat, aliansi internasional yang kuat, dan upaya memperjuangkan kesetaraan sosial.

Harris memiliki agenda yang berfokus pada pengurangan kesenjangan ekonomi, akses yang lebih baik terhadap kesehatan dan perlindungan lingkungan.

Partai Demokrat mendukung peran aktif pemerintah dalam memperbaiki situasi sosial ekonomi dan menciptakan kebijakan yang komprehensif.

Hal ini konsisten dengan pandangan banyak orang yang memprioritaskan peran negara dalam mendengarkan dan menyeimbangkan manfaat.

Melalui agendanya, Harris berupaya menarik kelompok-kelompok yang secara historis kurang terwakili, seperti komunitas kulit hitam, Hispanik, dan kelas pekerja.

Sebaliknya, Donald Trump memilih pendekatan “America First” yang menekankan kemandirian ekonomi, pembatasan imigrasi, dan sanksi perdagangan.

Trump mengatakan kebijakannya melindungi pekerja Amerika dari dampak globalisasi, yang menurutnya menguntungkan perekonomian namun merugikan kelas menengah dan pekerja rumah tangga.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *