KUALA LUMPUR, sp-globalindo.co.id – Banyak Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang memutuskan untuk tetap mendaftar Program BPJS Ketenagakerjaan (BPJMSOSTEC) meski sudah mendaftar Program Jaminan Ketenagakerjaan di negara tempatnya bekerja.
Langkah ini diambil karena ingin memberikan perlindungan yang lebih optimal selama bekerja di luar negeri dan memberikan rasa aman kepada keluarga yang ditinggalkan di Indonesia.
Misalnya Ollie Rennie (46). PMI Malaysia mengaku menjadi salah satu peserta BPJAMSOSTEK tahun lalu. Ia mendaftar program tersebut setelah mendapat komunikasi langsung dari BPJS Ketenagakerjaan.
Baca Juga: Paus Fransiskus di Singapura: Pekerja migran ingin upah yang adil
Oli menilai Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan yang ditawarkan BPJAMSOSTEK sangat bermanfaat bagi Lembaga Manajer Pembelian (PMI).
Selama bekerja di Malaysia, ia efektif terdaftar dalam program jaminan kerja “negara tetangga” yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Perkeso) atau Sokso mulai Juni 2022.
Ia mengatakan melalui Skema Perlindungan SOSCO, pekerja Indonesia berhak mendapatkan banyak manfaat jaminan kerja yang serupa dengan warga negara lokal Malaysia.
Namun pekerja migran tersebut memutuskan untuk tetap mendaftar secara mandiri ke BPJAMSOSTEK. Sebab, ia ingin mendapatkan peningkatan manfaat dalam perlindungan pekerjaan.
“Dengan bergabungnya BPJS Ketenagakerjaan, saya berharap mendapat tambahan cakupan di luar rencana yang diberikan Sosco,” ujarnya saat diwawancara sp-globalindo.co.id, Kamis (14/11/2024).
Hal itu dilakukannya dengan memperhatikan unsur keluarga yang masih tersisa di wilayah Semarang, Jawa Tengah. Oli melihat BPJAMSOSTEK memberikan manfaat berkelanjutan bagi pekerja Indonesia dan keluarganya.
Misalnya saja jika terjadi kematian atau cacat tetap akibat kecelakaan kerja, maka klaim BPJS ketenagakerjaan bisa langsung disalurkan untuk menjamin keamanan finansial bagi keluarga kita di Indonesia, ujarnya.
Ole mendaftarkan dirinya pada tiga program BPJAMSOSTEK yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM) dan Jaminan Hari Tua (JHT). Manfaat dari ketiga program yang ditawarkan diyakini sangat besar. Meskipun biayanya cukup masuk akal.
Warga negara Indonesia tersebut mengaku tidak ingin melewatkan kesempatan mengikuti program JHT karena memberikan perlindungan finansial jangka panjang.
Baca Juga: KBRI Singapura menghimbau TKI tidak ikut campur dalam politik, waspada terhadap penipuan
JHT merupakan skema perlindungan dengan manfaat berupa uang tunai sebesar nilai kumulatif seluruh iuran yang diberikan dan hasil pengembangan yang dikreditkan ke rekening pada saat mitra mencapai usia pensiun, meninggal dunia, atau cacat tetap.
Uli kini rutin mengalokasikan penghasilan sebesar Rp 200.000 per bulan untuk iuran program JHT.
Menurutnya, manfaat yang ditawarkan Sosco dan BPJS Ketenagakerjaan saling melengkapi dan sangat berarti.
Untuk itu, sosok pekerja migran yang dipercaya sebagai Ketua Persatuan Pekerja Rumah Tangga Migran Indonesia (Pertimig) Malaysia ini mengaku tak segan-segan mengajak PMI lain untuk segera mendaftar menjadi peserta BPJAMSOSTEK.
“Jika PMI perlu dirawat di Malaysia karena kecelakaan kerja, akan ditangani oleh Sosco, dan ketika Anda kembali ke Indonesia, Anda perlu melanjutkan perawatan, akan ditangani oleh BPJS Ketenagakerjaan hingga Anda pulih sepenuhnya. Siap bekerja lagi: “Ini menenangkan hati saya dan saya ingin teman-teman saya merasakan hal yang sama,” kata Ollie.
Senada, Tutti Ratnasih (53), manajer manajemen proyek di Singapura, menilai penting untuk tetap mengakses BPJAMSOSTEK meski ada penutupan program jaminan sosial ketenagakerjaan dari otoritas “Negeri Singa”.
Dengan terdaftar menjadi mitra BPJAMSOSTEK, ia merasa mendapat perlindungan ganda selama bekerja di Singapura.
“Mendaftar BPJS kerja merupakan keputusan yang saya ambil untuk memberikan rasa aman dan lebih terjamin di tengah ketidakpastian yang saya hadapi selama bekerja di luar negeri,” ujarnya.
Teh Anna yang akrab disapa Tutti Ratnasih tahu bahwa semua jenis pekerjaan di Singapura, termasuk menjadi caregiver, memiliki risikonya masing-masing.
Baca Juga: Investigasi Ungkap Banyak Pekerja Migran yang Ternyata Dieksploitasi Diplomat
Ia mungkin sering bekerja di rumah untuk mengurus orang tuanya sendirian. Namun Anna tidak mau gegabah dengan tidak membekali dirinya dengan rencana kerja sebaik mungkin.
“Tugas saya adalah menjaga nenek saya (majikan saya) dan saya tidak perlu membersihkan barang-barang yang saya gunakan hanya untuk kami berdua. Misalnya, saya naik turun tangga setiap hari, dan saya yang mengurus kebersihan. bahan kimia dan peralatan dapur secara rutin,” dengan adanya jaminan sosial ini, segala risiko di tempat kerja Diharapkan dapat dijelaskan dari Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Anna kini diberdayakan dalam “The Lion of Lions” menjadi Presiden Komunitas Pekerja Migran Indonesia Bersatu (PMIB) di Singapura. Ia pun mengaku sudah sering mendorong atau mengajak PMI lain, terutama yang sudah bergabung di PMIB, untuk mendaftar ke BPJAMSOSTEK selama setahun terakhir.
Informasi sistem dan teknis Pelayanan Rekrutmen BPJS sudah beberapa kali dibagikannya di grup WhatsApp (WA) PMIB Singapura.
Ketika anggota mempunyai pertanyaan, Anna siap menjawabnya dengan kemampuan terbaiknya. Jika tidak mampu, ia akan mencoba menghubungi pejabat BPJAMSOSTEK atau pejabat di KBRI Singapura yang mengetahui permasalahan tersebut.
Anna juga menginisiasi beberapa pertemuan online untuk sengaja membahas program tersebut dengan memperkenalkan orang-orang yang memiliki pengalaman langsung dengan BPJS Ketenagakerjaan.
“Saya selalu tegaskan, program ini bermanfaat bagi pekerja jika mengalami kecelakaan kerja, PHK, atau meninggal dunia. Kalau ada teman yang terluka lalu pulang (Indonesia) tanpa BPJAMSOSTEK, saya khawatir. Memanfaatkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu memang penting untuk melindungi pekerja, tapi besok bagaimana kita tahu? Sebagai tindakan pencegahan khusus, ujarnya.
Saat dimintai tanggapannya, Deputi Komunikasi BPJAMSOSTEK Oni Marbon mengucapkan terima kasih karena melihat tren peningkatan jumlah PMI yang ditanggung Program BPJS Ketenagakerjaan.
Hingga Oktober 2024, BPJAMSOSTEK mencatat sudah ada 618.255 peserta Purchasing Managers’ Index (PMI). Taiwan menjadi negara dengan keanggotaan BPJAMSOSTEK terbesar dengan Indeks Manajer Pembelian (PMI) sebesar 238.136.