SP NEWS GLOBAL INDONESIA

Berita Seputar Global Indonesia

Kesehatan

Pelepasan Nyamuk Ber-Wolbachia Kurangi Peningkatan Bahaya hingga 30 Tahun

sp-globalindo.co.id- Pelepasan nyamuk Aedes aegypti pembawa Wolbachia dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan peningkatan risiko tersebut dalam 30 tahun ke depan.

“Risiko pelepasan nyamuk Aedes aegypti pembawa Wolbachia sangat rendah, dan kemungkinan peningkatan risiko selama 30 tahun ke depan dapat diabaikan,” kata ilmuwan nyamuk pembawa Wolbachia Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Riris Andono. Ahmad MPH. PhD di Antara pada Selasa (11/12/2024).

Baca Juga: Cara Mengusir Nyamuk Aedes Aegypti Pembawa Virus Demam Berdarah

Ketua Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran (FK KMK) UGM dalam jurnalnya mengatakan Wolbachia tidak menginfeksi manusia dan tidak menginfeksi spesies lain secara horizontal serta tidak mencemari biologis dan abiotik. terhadap lingkungan.

Ia menulis bahwa Wolbachia merupakan bakteri serangga alami yang juga ditemukan pada sekitar 6 dari 10 spesies serangga di dunia, termasuk kupu-kupu, lalat buah, dan lebah.

Wolbachia yang disuntikkan ke dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti dapat menurunkan perkembangbiakan virus dengue sehingga menurunkan kemampuan nyamuk sebagai vektor virus dengue.

Salah satu cara pelepasan Wolbachia adalah ketika nyamuk jantan yang sudah disuntik Wolbachia kawin dengan nyamuk betina yang tidak memiliki Wolbachia, telurnya gagal menetas sehingga menyebabkan populasinya menurun.

Atau dengan cara melepaskan nyamuk jantan dan betina ber-Wolbachia hingga menghasilkan telur nyamuk ber-Wolbachia.

Baca Juga: Jelajahi peran vaksin Wolbachia dan inovasi teknologi dalam mengatasi kasus DBD di Tanah Air

Manfaat teknologi pelepasan nyamuk ber-Wolbachia berhasil diterapkan di Yogyakarta, dimana hasilnya adalah penurunan kasus DBD sebesar 77 persen dan pengurangan kabut asap di area pelepasan sebesar 83 persen.

Bersamaan dengan itu, Kementerian Kesehatan sedang menerapkan strategi nasional pengendalian demam berdarah dan teknologi Wolbachia telah menjadi bagian dari inovasi dalam program pencegahan demam berdarah.

Oleh karena itu, kata Riris, Kementerian Kesehatan akan melanjutkan program ini di lima kota lain di Indonesia untuk menekan angka kasus DBD.

“Kemenkes saat ini sedang menjalankan pilot project di lima kota di Indonesia. Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang, Bontang, dan Kupang,” ujarnya.

Dukungan masyarakat dan pemerintah daerah juga diharapkan dalam penerapan teknologi ini untuk mengurangi angka kejadian kasus demam berdarah.

Hal ini seperti menempatkan ember berisi telur nyamuk oleh pihak lokal dan LSM di bawah pengawasan teknis. Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung ke ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal WhatsApp.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *