sp-globalindo.co.id – Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut (Utara Sumatera) 2024 dinilai berjalan lancar meski mencatatkan rekor di ajang olahraga tingkat nasional.
Hal tersebut diungkapkan Nurhasan, Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
“Pelaksanaan PON XXI 2024 di Aceh-Sumut sudah selesai dan saya kira secara umum acaranya lancar,” kata Nurhasan dalam siaran pers yang diterima, Minggu (6/10/2024). katanya.
“PON ini menunjukkan adanya sinergi yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat untuk mendukung pesta olahraga nasional terbesar di Indonesia,” kata Hasan.
Banyak prestasi baru yang diraih para atlet dan ini menunjukkan kemajuan dunia olahraga Indonesia, ujarnya.
Baca juga: Alasan Menpora Dito Akan Mengenakan Jersey Olimpiade di Penutupan PON XXI 2024
Meski demikian, Hasan mengakui banyak kritik dan catatan terkait penyelenggaraan PON di kedua provinsi tersebut.
Salah satu persoalan yang harus segera diselesaikan adalah persoalan standar minimal pelayanan publik dan infrastruktur.
Namun masih ada beberapa catatan penting terkait pelaksanaannya, terutama dari segi sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan untuk menunjang kenyamanan atlet dan penonton, ujarnya.
“Standar minimal sarana dan prasarana utama dan pendukung harus ditetapkan dan dievaluasi oleh PB PON,” ujarnya.
Hasan pun menyambut baik isu PON yang digelar di dua provinsi tersebut. PON XXI Aceh-Sumut diketahui menjadi PON pertama yang menjadi tuan rumah dua kali.
Keputusan menjadi tuan rumah PON XXI 2024 oleh lebih dari satu provinsi merupakan sebuah langkah inovatif dan positif, ujarnya.
“Dengan penggabungan dua provinsi, maka beban administrasi bisa ditanggung bersama sehingga masing-masing provinsi bisa fokus pada cabang olahraga tertentu,” ujarnya.
Baca juga: Alasan Menpora Anugerahi PON Aceh-Sumut 2024 dengan 8,5 poin
Selain mempererat kerja sama antardaerah, kedua tuan rumah juga dapat mempercepat pengembangan olahraga di provinsi tersebut.
Namun model dua host mempunyai tantangan tersendiri.
Hasan mengatakan, “Tantangan terbesar model ini adalah koordinasi antarprovinsi dan pemerataan sumber daya. Jika koordinasinya baik, model ini bisa menjadi solusi efektif PON ke depan.”
Berbagai kendala teknis sempat muncul, seperti transportasi antar venue dan sinkronisasi jadwal pertandingan di kedua lokasi, namun akhirnya bisa teratasi, ujarnya.
Selain itu, jarak antar kota tuan rumah yang relatif jauh juga mempengaruhi efisiensi pergerakan atlet dan ofisial, ujarnya.
Hasan optimis model dua mesin mempunyai potensi untuk dikembangkan. Pembelajaran dari PON XXII 2028 di PON Aceh-Sumut, NTB dan NTT harus lebih siap.
“Secara keseluruhan, konsep co-hosting ini berpotensi untuk terus dikembangkan; perencanaan dan koordinasi perlu lebih matang agar acara ke depan dapat berjalan lebih lancar dan menciptakan pengalaman yang lebih baik bagi semua pihak,” ujarnya. Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses Saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan aplikasi WhatsApp sudah terinstall.