sp-globalindo.co.id – Kasus kekerasan remaja belakangan ini kembali menjadi sorotan. Psikolog klinis A. Kazandra Putranto menemukan bahwa gangguan kesehatan mental menjadi salah satu faktor utama yang memotivasi remaja untuk melakukan tindakan ekstrem.
Bukan hanya penyakit mental, masalah keluarga, dan tekanan sosial saja yang berperan, kata Cassandra dilansir Antara, Senin (12 Februari 2024).
Cassandra menjelaskan, orang dengan gangguan emosi, kepribadian, atau mental cenderung lebih impulsif dan kesulitan mengendalikan emosi. Hal ini dapat menimbulkan perilaku agresif, bahkan perilaku kekerasan.
Selain faktor internal, pemicu utamanya adalah lingkungan keluarga yang tidak sehat. Misalnya, kekerasan dalam rumah tangga dapat menimbulkan trauma mendalam pada anak dan berpotensi menimbulkan perilaku agresif di kemudian hari.
“Anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang penuh kekerasan akan kesulitan mengatur emosinya dan lebih mudah mengalami depresi,” tambah Cassandra.
Situasi ini juga diperburuk oleh tekanan teman sebaya, masalah akademis, dan paparan konten kekerasan di media. Stres yang berkepanjangan tanpa pengobatan yang tepat dapat menyebabkan remaja mencari penyelesaian secara destruktif.
“Media bukan satu-satunya penyebab, namun kombinasi faktor internal dan eksternal dapat meningkatkan risiko terjadinya tindakan kekerasan,” tegas Cassandra.
Cassandra menekankan pentingnya identifikasi dini tanda-tanda masalah kesehatan mental pada remaja. Diharapkan jika dilakukan dengan baik, tindakan kekerasan yang lebih serius dapat dicegah.
“Orang tua, guru dan lingkungan sekitar harus lebih peka terhadap perubahan perilaku remaja, jika ada tanda-tanda yang mengkhawatirkan segera hubungi dokter spesialis,” tutupnya. Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal WhatsApp.