Praktik demokrasi nampaknya semakin membingungkan. Di Indonesia dan di seluruh dunia sama-sama riuh. Kebisingan persaingan, pertarungan yang indah.
Propaganda demi propaganda yang sama atau sebaliknya, mendukung atau menghalangi, terkadang tidak sesuai dengan kenyataan dan dilebih-lebihkan.
Rumit, rumit, rumit, kacau dan tidak teratur. Apakah demokrasi membingungkan atau menyesatkan?
Sudut demi sudut terjauh. Citra lawan diturunkan, profil sang juara ditinggikan.
Untungnya demokrasi di negeri ini tidak melibatkan kekerasan. Namun peperangan dan pertarungan terus terjadi meski hanya di dunia digital dan virtual.
Dunia maya ibarat sebuah lapangan tanpa risiko fisik. Manipulasi digital tanpa perlu menebak-nebak. Bertarung tanpa senjata tajam. Tidak perlu lagi merekam dan mengedit.
Harapannya, jangan menyerah ketika melihat kompleksitas demokrasi yang tidak tenang dan tidak damai, berada pada jalur yang penuh gejolak dan liku-liku.
Demokrasi tetap harus dilaksanakan, bukan teokrasi, aristokrasi, monarki, dinasti, oligarki, tribalisme, kediktatoran, komunisme atau sistem lainnya.
Padahal, demokrasi merupakan bentuk negara, pemerintahan, dan masyarakat yang penuh risiko, karena suara dan selera masyarakat tidak mudah dikendalikan, tidak mudah diprediksi, dan jika sudah populer, sulit untuk diredam. Sekali terjatuh sulit untuk bangkit.
Di dunia ini, tidak ada sesuatu pun yang tidak mengandung bahaya, efek samping, atau sisi gelap. Semuanya memiliki pro dan kontra.
Namun, dunia telah membuktikan bahwa tidak ada yang lebih baik dari demokrasi. Sistem lain jauh lebih buruk dan tidak adil, seperti kerajaan, dinasti, otoritarianisme, komunisme, sistem kesukuan tradisional, kesultanan, kediktatoran, dan berbagai sistem lainnya.
Terlebih lagi, demokrasi sudah tidak mampu lagi menjawab tantangan kemanusiaan di era pasca Perang Dunia II.
Dalam perkembangan masyarakat modern dan postmodern yang semakin kompleks, sikap adil, moderat, berani dan bijaksana masih diperlukan. Dalam sistem demokrasi, nilai-nilai tersebut dapat dicapai tanpa pengorbanan besar.
Faktanya, negara ini, dan mungkin negara-negara lain di seluruh dunia, sangat mahir dalam menemukan jalan pintas, jalan pintas, seputar aturan, sistem, dan permainan. Aturan masih memberikan celah untuk dilanggar. Sistem ini memungkinkan penetrasi lubang.
Yang tersisa hanyalah moralitas agar tidak terlalu melanggar komitmen dan integritas masing-masing orang. Jika masih ada.