[POPULER NASIONAL] Polri di Antara “Parcok” dan Desakan Ada di Bawah Kementerian | Profil Effendi Simbolon
JAKARTA, sp-globalindo.co.id – Apa yang disebut-sebut sebagai kebijakan Polri pada Pemilihan Gubernur Serentak (Pilkada) 2024 masih terus disimak pembaca.
Karena anggapan tersebut, muncullah istilah Partai Coklat (Parcok) yang konon merujuk pada warna seragam polisi.
Selain itu, sejarah Effendi Simbolon yang didepak dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) karena mendukung calonnya di Pilkada Jakarta 2024 menarik perhatian pembaca.
Baca Juga: Perbincangan Polri Dikuasai TNI atau Kemendagri, TNI Sesuai Keputusan Pemerintah dan DPR 1. Polri Antara Tudingan “Parcok” dan Usulan Kembali ke TNI/Kementerian Dalam Negeri.
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) kembali menjadi sorotan publik. Lembaga sempalan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ini belakangan dituding sebagai “Parcok” atau Pesta Coklat.
Istilah ini pertama kali disinggung oleh Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang mengatakan bahwa “partai coklat” memang sudah diperkirakan.
Hal itu disampaikan Hasto saat membenarkan seluruh jajaran PDI Perjuangan sedang meninjau pelaksanaan Pilkada 2024 secara serentak, Rabu (27/11/2024).
“Di Jatim membantu, tapi kita masih mewaspadai gerakan partai coklat ya, di Sumut juga sama,” kata Hasto, tempat tinggal Megawati Soekarnoputri, Rabu (27/11/2024).
DPR menganggap isu konflik Pilkada 2024 sebagai berita bohong atau bohong. Hal itu diungkapkan Ketua Komisi III DPR Habiburokhman. Sedangkan Komisi III merupakan mitra Polri di DPR.
Baca juga: Mengapa TNI-Polri Terpecah dan Soal Pesta Cokelat Muncul di Pilkada 2024?
“Apa yang disampaikan sekelompok orang tentang tawuran dan sebagainya itu kami anggap bohong,” kata Habiburokhman di Ruang Rapat Komisi III DPR RI, Pusat Parlemen, Jakarta, Jumat (29/11/2024).
Terkait pesta coklat ini, Habiburokhman mengatakan ada juga anggota DPR RI yang dilaporkan ke Majelis Kehormatan Dewan DPR RI (MKD) setelah menyampaikan hal tersebut.
Selain dituding jadi ‘taman’, Polri juga didorong kembali ke TNI atau Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) karena menggunakan pejabat di Pilkada 2024.
Permintaan tersebut disampaikan Ketua DPP PDI Perjuangan Deddy Yevri Sitorus. Berikut hasil Pemilukada Provinsi Tahun 2024 yang dilaksanakan secara serentak di beberapa negara bagian, dimana PDI Perjuangan menemukan bahwa kekalahan di negara bagian tersebut disebabkan oleh penggunaan aparat kepolisian atau “parcok”.
“Kami mencari peluang untuk mendorong kembali Polri di bawah Panglima TNI atau mengembalikan Polri ke Kementerian Dalam Negeri,” kata Deddy dalam konferensi pers, Kamis (hari ke-28). . /11/2024).
Baca Juga: Soal Pesta Coklat, PKB Minta Polri Direformasi dalam Waktu 2. Detail Kiprah Effendi Simbolon, Pimpinan Politik PDI Perjuangan yang Didepak karena Dukung Ridwan Kamil.
PDI-P resmi memberhentikan pemimpinnya, Effendi Simbolon, sebagai anggota partai. Pembatalan ini karena keputusan Effendi mendukung pasangan Ridwan Kamil-Suswono di Pilkada Jakarta 2024.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P Djarot Syaiful Hidayat mengatakan tindakan Effendi melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai.