sp-globalindo.co.id – Penyakit demam babi Afrika (ASF) telah menyebar ke beberapa wilayah di Indonesia sehingga menimbulkan kekhawatiran di kalangan peternak atas dampak buruknya terhadap perekonomian.
Meski demikian, Kementerian Kesehatan (Kamenkas) menjamin penyakit ini tidak membahayakan manusia dan dapat dicegah dengan tindakan yang tepat.
Baca juga: Apa Itu Demam Babi Afrika (ASF)?
ASF merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dari genus Asfivirus dari keluarga Asfaviridae. Penyakit ini dapat menyerang babi peliharaan dan liar pada segala umur.
ASF diketahui sangat menular dan memiliki angka kematian hingga 100 persen, sehingga dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi industri peternakan babi. Virus ASF menyebar melalui beberapa cara, antara lain: Kontak langsung antara babi yang sehat dan babi yang terinfeksi Melalui serangga seperti kutu Bahan pembawa (fomites), termasuk pakaian, peralatan ternak, kendaraan dan pakan mentah yang terkontaminasi virus. ASF tidak berbahaya bagi manusia
Berdasarkan keterangan yang diterima sp-globalindo.co.id, Rabu (18/12/2024) dari Kepala Kantor Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat (Kamenkas) Kementerian Kesehatan (Kamenkas) Aji Muhavarman, Kementerian Kesehatan menegaskan tidak ada ASF. . merupakan penyakit zoonosis, artinya tidak dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
Oleh karena itu, penyakit ini tidak membahayakan kesehatan manusia. Penanggulangan penyakit ini menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (Kamentan), serta instansi terkait di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Baca Juga: Demam Babi Afrika: Warga Diimbau Lakukan Tindakan Pencegahan
Sejauh ini, belum ditemukan vaksin untuk melawan virus ASF. Oleh karena itu, upaya pencegahan dan pengendalian menjadi kunci utama untuk mencegah penyebaran penyakit ini.
Kementerian Kesehatan menghimbau masyarakat khususnya peternak untuk melakukan langkah-langkah sebagai berikut: Apabila ditemukan babi yang sakit atau mati, segera memberitahukan kepada petugas Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan setempat dalam waktu 1 x 24 jam. Untuk mencegah penyebaran virus, jangan membeli atau menjual babi yang sakit. Lakukan pembersihan dan disinfeksi secara berkala pada area babi. Hanya mengkonsumsi daging babi dari hewan sehat yang pemotongannya diawasi oleh pihak yang berwenang dan dimasak hingga matang. Jaga kebersihan diri dan lingkungan untuk menghindari penyebaran virus melalui fomites.
Merujuk pada anjuran para ahli kesehatan hewan, masyarakat juga diimbau untuk: Membatasi akses terhadap peternakan, terutama bagi pihak yang tidak berkepentingan. Gunakan pakaian khusus saat memasuki area peternakan untuk menghindari kontaminasi. Pisahkan babi baru dari kawanan babi yang ada untuk memastikan tidak ada infeksi. bangkai babi dengan aman dan sesuai prosedur yang berlaku untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut.
Baca juga: Demam pada Anak Hanya di Kepala? Ketahui penyebab dan pengobatannya
Kementerian Kesehatan telah mengumumkan bahwa mereka telah sepakat dengan Kementerian Pertanian untuk menjamin penerapan langkah-langkah yang efektif untuk mencegah dan mengendalikan ASF.
Pihak berwenang terus memantau situasi dan mendidik masyarakat tentang bahaya ASF terhadap peternakan babi.
Dengan langkah yang tepat, penyebaran ASF diharapkan dapat dikendalikan sehingga kerugian ekonomi pada sektor peternakan babi dapat diminimalisir. Kementerian Kesehatan mengimbau semua pihak untuk waspada dan bekerja sama melawan epidemi ini. Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung ke ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal WhatsApp.