JAKARTA, sp-globalindo.co.id – Atap popcorn atau atap popcorn menjadi salah satu konsep terakhir untuk menghiasi area atap rumah.
Plafon jenis ini memiliki ciri permukaan buram dan tampak seperti campuran yang diplester.
Campuran gipsum biasanya dibuat dari material komposit (lumpur drywall) atau beberapa konstruksi yang disemprotkan.
Sering dianggap sebagai elemen desain yang ketinggalan jaman, langit-langit popcorn cenderung memiliki reputasi buruk karena area yang sulit dibersihkan dan dapat mengumpulkan debu.
Baca juga: Begini Cara Memaksimalkan Cahaya Ruangan dengan Memasang Lampu Plafon
Namun, plafon ini populer karena sifatnya yang meredam suara dan kemudahan penggunaannya.
Plafon popcorn pertama kali populer pada tahun 1950an dan berlanjut hingga tahun 80an. Meskipun artikel ini sangat kontroversial saat ini, artikel ini menjadi lebih menarik pada masa Perang Dunia Kedua.
Ketika perekonomian berkembang pesat dan pinggiran kota berkembang pada tahun 1950-an, gaya popcorn menyelamatkan kontraktor dari keharusan menghaluskan atau mengampelas setiap ketidaksempurnaan atap.
Dulu, konsep plafon popcorn biasa digunakan di gedung persewaan dan sekolah untuk tujuan pengurangan kebisingan.
Baca juga: 3 Alasan Menggunakan Cat Putih pada Plafon Rumah Anda
Selain dianggap sebagai tempat sampah dan sulit dibersihkan, permukaan langit-langit yang berbentuk kawah juga cenderung menimbulkan bayangan kuat pada ruangan di bawahnya.
Hal ini dapat membuat ruangan terlihat kecil sehingga Anda perlu memasang lampu yang tepat. Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran media favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal WhatsApp.