SP NEWS GLOBAL INDONESIA

Berita Seputar Global Indonesia

Otomotif

Uni Eropa Kenakan Tarif Tinggi Mobil Listrik, China Ancam Tahan Investasi

JAKARTA, sp-globalindo.co.id – Uni Eropa mengenakan bea masuk hingga 43% terhadap mobil listrik yang diimpor dari China yang mulai berlaku pada Rabu 30 Oktober 2024.

Tarif yang dikutip Reuters pada Jumat (1 November 2024) sudah termasuk bea tambahan sebesar 7-8% untuk Tesla buatan China dan 35,3% untuk produsen mobil lokal, di luar bea masuk biasa sebesar 10%.

Di antara 27 negara anggota Uni Eropa, sepuluh negara, termasuk Perancis, Polandia dan Italia, mendukung tarif ini, Jerman dan beberapa negara lainnya memberikan suara menentang dan dua belas negara abstain.

Baca juga: Electrum Ingin Menggandakan Poin Penggantian Baterai Tahun Depan

Menanggapi kebijakan ini, pemerintah Tiongkok meminta produsen mobil, seperti BYD, SAIC, dan Geely, untuk menangguhkan investasi besar di negara-negara yang mendukung tarif tersebut.

Instruksi dari Kementerian Perdagangan Tiongkok menyarankan bahwa investasi di negara tuan rumah harus dilakukan dengan hati-hati dan investasi di negara-negara yang menolak tarif harus didorong.

Langkah ini mencerminkan keinginan Tiongkok untuk memanfaatkan posisi ini dalam negosiasi dengan Uni Eropa dengan harapan menemukan solusi yang dapat mempertahankan ekspor mobil listrik ke pasar utama Eropa.

Hal ini karena pada tahun 2023, lebih dari 40% kendaraan listrik yang dikirim dari Tiongkok akan dikirim ke Eropa, dan penurunan ekspor dapat semakin memperburuk kelebihan kapasitas produsen mobil Tiongkok.

Diketahui, Uni Eropa mulai memberlakukan tarif tersebut setelah kegagalan negosiasi antara Brussels dan Beijing. Kepala Perdagangan Uni Eropa Valdis Dombrovskis mengatakan langkah ini diperlukan untuk melindungi industri Eropa yang terancam oleh praktik subsidi pemerintah Tiongkok.

Baca juga: Suku cadang sepeda motor yang mudah rusak perlu diganti secara rutin

Di sisi lain, Tiongkok menganggap kebijakan ini sebagai tindakan proteksionis dan telah mengajukan keluhan ke WTO.

Negara dengan perekonomian terbesar di Eropa, Jerman, juga menentang kebijakan tersebut, dan Volkswagen berpendapat bahwa tarif tersebut tidak akan meningkatkan daya saing industri otomotif Eropa.

Tarif tersebut berlaku selama lima tahun, kecuali kedua belah pihak sepakat. Negosiasi antara Uni Eropa dan Tiongkok masih berlangsung dan negosiasi lebih lanjut untuk mencari alternatif mungkin dilakukan. Dengarkan berita terkini dan penawaran berita kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal WhatsApp.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *