Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Nasdem menunjukkan sikap ambigu terhadap pemerintahan saat ini.
Meskipun kedua partai telah menyatakan dukungannya kepada pemerintah, namun tidak ada satupun yang ditempatkan di kotak dan tidak memainkan peran formal dalam oposisi.
Pendekatan ini mungkin tampak bijaksana secara politik, namun menimbulkan kekhawatiran serius terhadap masa depan demokrasi Indonesia.
Tanpa oposisi yang kuat dan transparan, Indonesia berisiko menjadi negara dengan sistem pemerintahan yang lemah kekuasaannya, akuntabilitasnya lemah, dan suara-suara kritisnya terpinggirkan.
Nasdem yang dipimpin Surya Paloh memandang kebijakannya sebagai pemerintahan tanpa kabinet untuk mencari posisi moral yang menentang kompromi politik.
Retorika Paloh soal “kebijakan tanpa mahar” menggambarkan Nasdaq sebagai partai yang mendukung pemerintah tanpa diminta apa pun.
Namun, klaim superioritas moral ini memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Dengan menolak tanggung jawab dalam pemerintahan, Nasdem menghindari akuntabilitas atas keputusan-keputusan pemerintah namun tetap dekat dengan kekuasaan.
Strategi ini memungkinkan partai untuk mendapatkan otoritas tanpa beban dan risiko dalam menjalankan pemerintahan.
Pertanyaan utamanya bukanlah apakah Nasdem akan mendapatkan kursi di dewan tersebut, melainkan pihak mana yang akan diuntungkan oleh oposisi permanen tersebut.
Dalam demokrasi, perbincangan gagasan, kekuasaan, dan pemberian fakta merupakan landasan yang sangat penting.
Peran Nasdem yang ambigu justru melemahkan fondasi demokrasi. Partai ini tidak sepenuhnya mendukung pemerintah, namun juga tidak berperan kuat dalam menentang kebijakan negara.
Oleh karena itu, jika kebijakan pemerintah tidak tepat, maka masyarakat Indonesia tidak akan memiliki partai yang jelas-jelas mewakili kepentingannya. Sikap setengah hati ini membuat masyarakat kehilangan suara-suara kritis yang bisa mengkritisi tindakan pemerintah.
PDIP sebagai partai politik terbesar di Indonesia juga mengambil sikap yang tak kalah membingungkan.
Dipimpin Megawati Soekarnoputri dan diwakili Puan Maharani, PDIP menyatakan dukungannya terhadap pemerintahan di parlemen namun tidak mencalonkan anggotanya untuk posisi kabinet.
PDIP secara formal mendukung program pembangunan nasional pemerintah, namun memperkaya diri dari sudut pandang yang benar.