sp-globalindo.co.id – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengajak Posian (Pos Pelayanan Terpadu) menjadi pusat pencegahan primer stunting.
Unit Koordinasi Gizi dan Penyakit Metabolik (UKK) IDAI dokter spesialis kesehatan dr. Meta Khanindita, Sp.A(K) mengatakan Posyandu harus dikelola dengan baik dan diberikan fasilitas yang lengkap sebagai bagian dari upaya pencegahan anak stunting.
“Program Posyandu harus berjalan dengan baik, dilengkapi dengan timbangan atau ukuran panjang dan tinggi badan yang terstandar,” kata Meta, dilansir Antara, Kamis (7/11/2024).
Baca Juga: Banyuwangi Targetkan Zero Limit pada 2030 Melalui Program Respon Pembangunan
Oleh karena itu, kata Meta, petugas Posyandu harus dilatih untuk memberikan layanan pencegahan stunting, termasuk penimbangan bayi yang benar.
“Misalnya, bayi di bawah usia dua tahun ditimbang dalam keadaan telanjang, lalu bagaimana cara menimbangnya yang benar. Namun sering kali popoknya ditimbang semua dan hasilnya tidak akurat,” kata Meta.
Meta Posiandu menjelaskan, retardasi merupakan bagian dari pencegahan utama.
Pencegahan primer tetap dilakukan pada anak sehat yang berat badan, tinggi badan, status gizi, dan pertambahan berat badan bulanannya normal sesuai usianya, jelasnya.
Di Posyandu, anak harus ditimbang dan ditimbang setiap bulan dengan menggunakan peralatan standar.
Baca Juga: Apa Tujuan Tepat Mencegah Bau Mulut? Demikian disampaikan IDAI…
Setelah melakukan pengukuran tersebut, staf Posyandu harus menilai perkembangan anak.
Jika petugas medis menemukan masalah seperti berat badan, tinggi badan dan status gizi buruk atau masalah penambahan berat badan, anak harus dirujuk ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Pastikan pula alur rujukan dari Posyandu ke Puskesmas, dari Puskesmas hingga Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) bisa berjalan dengan baik, ujarnya.
Meta juga mengatakan, ketersediaan stok vaksin untuk anak juga harus menjamin keberhasilan program imunisasi komprehensif, yang berimplikasi pada keterlambatan pencegahan.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi (SSGI) tahun 2022, angka stunting di Indonesia masih sebesar 21,6 persen.
Meskipun angka kejahatan telah berkurang sebesar 24,4% sejak tahun 2021, namun masih diperlukan upaya lebih untuk mencapai target penurunan kejahatan sebesar 14% pada tahun 2024.
Baca Juga: IDAI: Berinvestasi di 1.000 hari pertama kehidupan anak untuk mencapai zero stagnasi Dengarkan berita terkini dan berita pilihan di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi WhatsApp.