sp-globalindo.co.id – ASI merupakan sumber nutrisi terbaik bagi bayi. Oleh karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan dan pemberian ASI terus menerus (MPASI) hingga usia 2 tahun atau lebih.
ASI memiliki banyak keunggulan dibandingkan susu formula, antara lain karbohidrat, asam lemak esensial, dan protein whey, termasuk mendukung perkembangan sistem kekebalan tubuh otak, dan memperkuat ikatan emosional antara ibu dan anak.
Baca juga: Apakah ASI Mengurangi Risiko Kanker Payudara? Di bawah ini adalah deskripsi profesional.
Sedangkan pemberian susu formula berisiko menimbulkan komplikasi seperti alergi, gangguan pencernaan, obesitas, masalah infeksi, dan jika diberikan terlalu banyak, malnutrisi.
Namun, ada kondisi tertentu yang membolehkan bayi diberikan susu formula sebagai pengganti ASI.
“Ada banyak kondisi yang membuat pemberian ASI tidak mungkin dilakukan, mulai dari kematian ibu hingga penyakit yang membuat pemberian ASI tidak mungkin dilakukan”. Melanie Rukhmi Minto, SP. A, seperti ditulis Antara, Jumat (25/10/2024).
Selain itu, menurut Melanie, bagi ibu yang menjalani pengobatan kemoterapi untuk melawan kanker, ada obat kuat yang bisa masuk ke dalam ASI dan tidak dianjurkan untuk menyusui.
“Ibu yang terinfeksi HIV dan belum mendapat pengobatan untuk mencegah penularan virus juga tidak disarankan untuk menyusui.”
Melanie juga mengatakan, keadaan khusus lainnya dimana ibu tidak bisa menyusui adalah jika ibu meninggal saat melahirkan, dan tidak ada nasehat segera untuk ibu.
Melanie yakin susu formula untuk bayi dapat mengatasi situasi ini. Harapannya, bayi tetap mendapat nutrisi yang dapat membantunya tumbuh dan berkembang.
Baca Juga: Kementerian Kesehatan mengimbau para ibu untuk sering menyusui bayinya agar produksi ASInya lebih banyak
Dilansir dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ide pemberian susu formula bayi cukup bulan lainnya antara lain:
Bayi berisiko mengalami hipoglikemia jika gula darahnya tidak naik, baik disapih tanpa program yang baik atau diberi ASI tambahan.
Bayi yang menunjukkan tanda klinis dehidrasi, antara lain keluaran urin kurang dari empat kali lipat pada hari kedua setelah lahir, buang air besar atau mekonium setelah lebih dari 5 hari.
Berat badan bayi turun 8-10%, terutama jika ibu mengalami laktogenesis lambat (ASI tidak mudah keluar).
Bayi dengan cacat lahir yang menyulitkan pemberian ASI langsung, seperti bibir sumbing atau kelainan genetik lainnya.
IDAI menganjurkan agar pengganti ASI diberikan dengan sendok, cangkir, atau selang orogastrik, agar tidak terjadi kebingungan di pihak bayi saat menyusu kembali di kemudian hari. Dengarkan berita terkini dan pilihan berita kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal WhatsApp.