Penulis: VOA Indonesia/Fathiyah Wardah
Jakarta, sp-globalindo.co.id – Presiden AS Joe Biden mengirimkan delegasi khusus untuk menghadiri upacara pelantikan presiden terpilih dan wakil presidennya, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Pengamat perkembangan terkini menilai hal tersebut terjadi karena AS masih ingin merangkul Indonesia secara erat sambil bersaing dengan China.
Amerika Serikat (AS) dan Prabowo Subianto memiliki hubungan yang tidak harmonis.
Baca Juga: Upacara pelantikan Prabowo Subianto dihadiri perwakilan beberapa negara, termasuk AS dan Rusia.
Namun, 20 tahun kemudian, pemerintah Amerika Serikat sendiri mencabut larangan tersebut terhadap Pabowo yang pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan di bawah Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Hubungan keduanya semakin renggang setelah diutus delegasi khusus AS untuk menghadiri upacara pelantikan Prabowo Subianto sebagai presiden di gedung DPR-MPR Jakarta, Minggu (20/10/2024).
Presiden Joe Biden menunjuk Utusan Khusus AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield untuk memimpin delegasi.
Linda didampingi Duta Besar AS untuk Indonesia Kamala Shirin Lakhdhir, Wakil Menteri Perdagangan Don Graves, Panglima Komando Indo-Pasifik AS Laksamana Samuel Paparo, Asisten Menteri Luar Negeri Asia Timur dan Pasifik Daniel Daniels. J. Kritenbrink. , dan Mira Rapp-Hooper, Asisten Khusus Presiden Joe Biden dan Direktur Eksekutif untuk Asia Timur dan Oseania di Dewan Keamanan Nasional.
Setibanya di Jakarta pada Sabtu (19/10/2024), Linda Thomas-Greenfield mengunggah di laman Twitternya bahwa dirinya datang ke Jakarta untuk memimpin delegasi AS yang mewakili Presiden AS Joe Biden hingga pelantikan Presiden terpilih Prabowo Subianto. , sekaligus memperkuat Indonesia. – Hubungan Amerika.
Ia menghabiskan waktu bersama alumni Asosiasi Pemuda Asia Tenggara (YSEALI), yang menerima beasiswa dari pemerintah AS untuk meningkatkan keterampilan dan meningkatkan kerja sama lintas batas.
Baca Juga: Pertemuan Empat Sisi PM Malaysia dan Prabowo, Yang Dikatakan Anwar Ibrahim Amerika Tak Punya Pilihan
Mohd Rosidin, Pengamat Hubungan Internasional Universitas Diponegoro, Semarang, menganalisis perubahan kebijakan AS terhadap Prabowo sejak tahun 2020 dan pengiriman duta besar saat ini menunjukkan bahwa AS dan Indonesia memiliki hubungan baik.
“AS tentu tidak ingin Indonesia, yang merupakan pemimpin di kawasan ini, lebih bergantung pada Tiongkok,” kata Rosidin kepada Voice of America.
Menurutnya, pengiriman delegasi pemerintah AS untuk menyambut presiden baru bisa diartikan lebih dari sekadar praktik diplomasi.
Sebaliknya, menurut saya, hal itu bisa dimaknai sebagai langkah serius Amerika Serikat untuk menjalin hubungan lebih erat dengan Indonesia di bawah kepemimpinan baru Prabowo Subianto. Hal ini terkait dengan sejarah permusuhan Amerika Serikat dan Prabowo. Terkait dan mengenai masalah pelanggaran hak asasi manusia,” ujarnya kepada Voice of America. .
Dia menambahkan bahwa AS tidak punya pilihan selain menerima Prabowo daripada Indonesia mengambil kebijakan yang semakin condong ke arah Tiongkok dan menimbulkan ancaman bagi AS.