sp-globalindo.co.id – Beberapa orang tua menunjukkan sikap pilih kasih kepada anaknya tanpa menyadarinya. Hal ini terlihat dari pemberian perlakuan yang berbeda, sering membanding-bandingkan, dekat dengan anak, atau bersikap jahat terhadap anak lain.
Psikolog klinis anak dan keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Psi mengatakan sikap pilih kasih orang tua dalam jangka panjang dapat berdampak buruk pada tumbuh kembang anak.
Dampaknya berbeda-beda, ada yang membuat anak kurang percaya diri, kata Nina, seperti ditulis Antara, Rabu (30/10/2024).
Baca Juga: IDAI: Investasikan 1.000 hari pertama kehidupan anak untuk mencapai zero stunting
Dampak jangka panjang jika orang tua bersikap pilih kasih adalah mengganggu tumbuh kembang anaknya, misalnya anak yang satu menjadi lebih baik dari yang lain.
Nina mengungkapkan, orang tua umumnya tidak atau tidak mengetahui bahwa mereka bertindak demi kepentingan anaknya.
Misalnya, orang tua lebih memperhatikan anak yang mereka anggap lebih lemah dibandingkan anak lain karena menganggap anak tersebut membutuhkan perhatian lebih.
Ada juga orang tua yang lebih nyaman dengan anak tertentu sehingga tidak sadar kalau mereka lebih memperhatikan anak tersebut.
Selain itu, orang tua yang belum siap memiliki anak lagi terkadang secara tidak sadar lebih memusatkan perhatiannya pada anak baru tersebut, sehingga anak lain merasa terabaikan.
Jika orang tua terus memberikan perhatian lebih pada beberapa anak, anak yang kurang mendapat perhatian mungkin akan merasa tidak disayangi oleh orang tuanya.
Nina mengatakan, memberikan kasih sayang yang sama kepada anak bukan berarti memberikan perhatian yang sama kepada anak pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.
Namun perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan perlunya feedback, baik dari anak-anak maupun orang lain yang mengenal kita, kata psikolog jebolan Universitas Indonesia ini.
Baca juga: Benarkah Pola Asuh Bisa Sebabkan ADHD pada Anak?
Nina mengatakan, orang tua perlu mawas diri jika merasa pilih kasih dalam perlakuan terhadap anaknya.
Setelah introspeksi, menurutnya, ayah dan ibu perlu mengajak setiap anak untuk berbicara agar bisa mendengar isi hatinya dan mencari solusi untuk memperbaiki hubungan dengan dirinya.
Katanya: “Harus ada waktu untuk ngobrol empat mata dengan anak kita masing-masing, misalnya saya sendirian dengan anak kedua, cobalah ngobrol.”
Sekalipun Anda perlu memberikan perhatian ekstra pada anak karena suatu kondisi tertentu, seperti masalah kesehatan yang memerlukan perhatian ekstra, orang tua harus selalu berusaha memberikan perhatian yang dibutuhkan anak lain.
Menurut Nina, orang tua bisa melibatkan anggota keluarga lain seperti kakek dan nenek dalam membesarkan dan mengasuh anaknya.
“Misalnya ada anak yang butuh terapi kesehatan mentalnya, makanya jangan dilanjutkan. Kita bisa memberdayakan orang terdekat kita juga,” kata Nina.
Dalam upaya membangun hubungan harmonis dengan anak, kata dia, orang tua dapat memperhatikan dan menyampaikan kelebihan dan keunikan masing-masing anak.
Nina juga berpesan kepada orang tua untuk menjelaskan kelebihan atau kekurangan anak, bukan sekadar membicarakan kelemahannya.
Baca juga: Abaikan Kebiasaan Sarapan yang Bikin Anak Lambat di Sekolah Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses Saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda sudah menginstal aplikasi WhatsApp.