sp-globalindo.co.id – Japanese encephalitis (JE) merupakan infeksi peradangan otak yang disebabkan oleh virus JE dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Culex, terutama pada malam hari.
Berdasarkan data yang dipublikasikan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, 67.900 kasus baru dilaporkan setiap tahunnya di 24 negara di Asia dan Oseania.
Antara tahun 2014 dan Juli 2023, 145 kasus JE terkonfirmasi dilaporkan di Indonesia.
Case fatality rate (CFR) penyakit ini mencapai 20-30%, dan 30-50% pasien yang bertahan hidup mengalami gejala sisa seperti kelumpuhan atau kejang, perubahan perilaku, bahkan kecacatan berat.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Japanese Encephalitis, Penyebab dan Gejalanya
JE menyebabkan masalah kesehatan yang serius, namun dapat dicegah dengan vaksinasi atau vaksin JE, terutama pada anak di bawah usia 10 tahun.
Dosis vaksin JE untuk anak diberikan dalam dua dosis dengan jarak minimal 1-2 tahun. Dosis pertama pada usia 9 bulan. Lalu apakah vaksin JE aman?
Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadja Mada (UGM), prof. Dr. Mei Neni Sitaresmi, Sp. A(K., Ph.D) menegaskan bahwa vaksin JE aman dan efektif mencegah penyakit radang otak.
Mei mengatakan vaksin JE termasuk dalam kategori obat dengan standar keamanan tertinggi.
“Sebelum vaksin ini diperkenalkan ke masyarakat, melalui penelitian dan pengujian yang cukup lama,” kata Prof. Mei seperti ditulis Antara, Rabu (10/2/2024).
Mei menjelaskan, penyakit JE disebabkan oleh virus Japanese encephalitis yang banyak ditemukan pada babi dan bangau putih yang banyak ditemukan di sawah.
Nyamuk Culex kemudian menggigit hewan tersebut, dan virus tersebut menular ke manusia melalui gigitan nyamuk.
Baca juga: Peneliti: Nyamuk Wolbachia Tidak Menyebabkan Japanese Encephalitis
Virus yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan infeksi lain, seperti demam, lemas, dan nyeri otot.
Pada beberapa kelompok, infeksi virus JE dapat menimbulkan gejala yang parah, seperti pusing, muntah, kejang, dan kehilangan kesadaran yang mengganggu anak.
“Jika seseorang mencapai tahap gejala parah, penyakit ini memiliki angka kematian yang tinggi dan tidak dapat diobati,” kata Mei.
Oleh karena itu, mulai tanggal 3 September hingga 31 Oktober 2024, pemerintah akan memulai program imunisasi JE untuk anak usia 9 bulan hingga 15 tahun.
Vaksinasi bukan satu-satunya upaya pencegahan terhadap JE, namun harus didukung dengan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Dengarkan berita terkini dan pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi WhatsApp.