JAKARTA, sp-globalindo.co.id – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan, mudik Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025 akan ditandai dengan curah hujan yang tinggi atau ekstrem.
Dalam rapat pimpinan dengan Komisi V DPR RI yang digelar di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (12/4/2024), ia menjelaskan tiga faktor utama penyebab terjadinya hujan lebat.
Pertama, Indonesia akan mengalami curah hujan tertinggi pada tahun 2025. Akhir Desember – awal Januari.
“Artinya mulai dari postingan tanggal 18 Desember, saat mudik Nataru. (18 Desember) hingga 5 Januari merupakan puncak musim hujan di beberapa daerah yaitu di sebagian Pulau Jawa khususnya bagian selatan dan pada bulan Januari. Puncak musim hujan khususnya di Pulau Jawa berada di sepanjang pesisir pantai atau pernah mencapai arah utara,” kata Dwikorita.
Baca juga: Kemenhub Siapkan 3 Program Mudik Gratis untuk Natal 2024/2025, Apa Saja?
Ia juga mengimbau masyarakat yang mudik ke Nataru di Sumatera dan Jawa untuk berhati-hati.
Ia mengatakan, intensitas hujan diperkirakan terjadi pada tahun 2024. pada tanggal 24 dan 31 Desember, dan Kementerian Perhubungan (KmenHub) memperkirakan adanya peningkatan mobilitas masyarakat.
“Jadi kalau kita lihat di Pulau Jawa di Pulau Sumatera, saya lihat dari data Kementerian Perhubungan bahwa mobilitas tinggi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, dengan senang hati saya sampaikan bertepatan dengan atau mendekati puncak musim hujan. Artinya intensitas hujan akan meningkat dibandingkan saat ini, sehingga trennya ke atas dan naik,” jelasnya.
Faktor lain yang menyebabkan tingginya curah hujan adalah gelombang La Niña yang lemah.
Meski tergolong lemah, fenomena tersebut diperkirakan akan meningkatkan curah hujan sebesar 20 persen.
Faktor ketiga, Dwikorita kemudian menjelaskan, hembusan udara dingin dari dataran tinggi Siberia yang mencapai Indonesia bagian barat juga turut berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan.
“Pendaratan diperkirakan sekitar 20-29 Desember. “Badai ini menimbulkan kecepatan angin yang perlu diwaspadai, bisa jadi kecepatan angin tinggi, terutama untuk pelayaran, terutama air pasang dan hujan,” ujarnya.
Baca Juga: Kemenhub prediksi 6,67 juta orang akan menggunakan Tol Trans Jawa pada Natal tahun 2024-2025 ini.
Dvikorita juga memperingatkan skenario terburuk ledakan dingin ini, yaitu banjir Jabodetabek, yang terjadi pada tahun 2020. Pada awalnya
“Kejadian ini seperti skenario terburuk, kita berdoa semoga Tuhan tidak sial, tapi skenario terburuknya adalah hujan deras. “Contoh yang terjadi pada tahun 2020, bulan Januari, yang paling parah adalah Jabodetbek banjir karena udara kita dingin,” imbuhnya.
Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi WhatsApp.