SP NEWS GLOBAL INDONESIA

Berita Seputar Global Indonesia

Kesehatan

“Brain Rot”, Istilah Kekinian akibat Kecanduan Konten Receh di Medsos

sp-globalindo.co.id – Ternyata ada istilah untuk perasaan yang kita rasakan saat menghabiskan banyak waktu tanpa tujuan menelusuri media sosial dan menikmati konten alternatif tanpa berpikir panjang. Istilah ini adalah pembusukan otak.

Istilah “otak malas” dinobatkan sebagai Oxford Word of the Year, juga disebut Oxford Word of the Year, oleh lebih dari 37.000 orang yang mengambil bagian dalam survei, termasuk komentar publik dan analisis linguistik di Oxford University Press (OUP) .

Dalam pernyataannya, OUP mendefinisikan “kebusukan otak” sebagai kemunduran kemampuan intelektual seseorang, terutama akibat konsumsi berlebihan materi atau konten online yang dianggap sepele dan tidak menantang.

Penggunaan istilah “busuk otak” saja telah meningkat sebesar 230 persen pada tahun ini dibandingkan ketika kata tersebut pertama kali digunakan lebih dari satu abad yang lalu.

Menurut OUP, istilah ini pertama kali digunakan oleh penulis Henry David Thoreau dalam bukunya “Walden” ketika dia mengkritik kecenderungan masyarakat untuk merendahkan gagasan-gagasan kompleks demi gagasan-gagasan yang lebih sederhana.

Baca juga: Australia Resmi Larang Remaja Di Bawah 16 Tahun Bermain Media Sosial

Di era digital, istilah “brain rot” sering digunakan karena kekhawatiran akan dampak konsumsi berlebihan terhadap konten berkualitas rendah di media sosial.

Awal tahun ini, sebuah klinik kesehatan perilaku di Amerika Serikat mulai menawarkan terapi pembusukan otak, menggambarkan kondisi tersebut memiliki gejala seperti “kabut mental”, kelelahan mental, berkurangnya perhatian, dan berkurangnya kemampuan kognitif.

Klinik tersebut juga menyebutkan kecanduan membaca dan menggunakan media sosial sebagai contoh perilaku merusak otak yang dapat dicegah dengan membatasi waktu bertelepon dan detoksifikasi digital.

“Kebusukan otak menggambarkan salah satu bahaya yang dirasakan dalam kehidupan virtual dan cara kita menggunakan waktu luang,” kata Presiden OUA Casper Grathwohl.

Dia mengatakan kata “kebusukan otak” diambil oleh Generasi Z dan Generasi Alfa, komunitas yang sebagian besar bertanggung jawab atas penggunaan dan pembuatan konten digital yang disebut dengan istilah tersebut.

Baca juga: Kemenkes: Filter Media Sosial untuk Kesehatan Mental

  Dengarkan berita dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita pilihan Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal WhatsApp.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *