JAKARTA, sp-globalindo.co.id – Pemerintah menilai deflasi lima periode berturut-turut sejak Mei 2024 menjadi indikator keberhasilan negara menjaga harga.
Namun tanggapan berbeda diberikan oleh PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang tidak berpengaruh. Situasi ini terlihat dari daya beli masyarakat yang masih lemah.
Saya kira tidak ada pengaruhnya, daya beli masyarakat masih menurun, kata Nandi Julyanto, Direktur Utama TMMIN, di kawasan BSD, Tangerang, Rabu (9/10/2024).
Baca Juga: Veloce Hybrid ditunggu hadir di Indonesia tahun depan
Hal serupa juga diamini oleh Wakil Presiden Direktur TMMIN Bob Azam yang mengatakan deflasi yang terjadi di Indonesia mencerminkan dua faktor, yaitu kelebihan pasokan barang dan lemahnya permintaan.
“Sepertinya pasokan barang tidak ada. Daya beli, permintaan pasti melemah,” ujarnya.
Oleh karena itu, mereka berharap pemerintah segera turun tangan memulihkan daya beli agar pasar bisa kembali tumbuh. Sebab, jika daya beli melemah maka pertumbuhan pasar akan terhambat sehingga sulit masuknya investasi.
Bob Azam mengatakan, “Jika pasar dalam negeri tumbuh maka investasi akan datang. Jika tidak tumbuh maka investasi tidak akan datang.”
Baca Juga: Periksa Fitur Unggulan BYD Atto 3
Dia berkata, “Ya, daya beli diperlukan untuk tumbuh. Daya beli harus didorong. Pemerintah harus menghindari kenaikan pajak.”
Berdasarkan data Gaikindo, total penjualan grosir atau pengiriman dari pabrik ke diler mencapai 560.619 unit pada Januari-Agustus 2024, turun 17,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 675.859 unit.
Sementara penjualan ritel juga mengalami penurunan sebesar 12,1 persen menjadi 584.857 unit dari 665.262 unit pada periode yang sama. Dengarkan pilihan berita terkini dan headline kami langsung ke ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda sudah menginstal aplikasi WhatsApp.