sp-globalindo.co.id – Seorang dokter Amerika Serikat (AS) yang bekerja di Gaza, Dr. Feroze Sidhwa, telah membeberkan senjata yang membunuh anak-anak Palestina.
Saat diwawancarai New York Times, Sidhwa yang merupakan seorang dokter umum dan ahli bedah mengungkapkan keterkejutannya saat melihat banyaknya anak yang terbunuh di bagian kepala dan dada.
Sidhwa bekerja selama dua minggu di Khan Younis, Gaza, pada bulan Maret hingga April 2024, saat perang Israel-Hamas masih berlangsung.
Baca juga: Israel Bela Proyek WHO Terhadap Pasien RS Indonesia di Gaza
“Hampir setiap hari saya ke sana, saya melihat anak-anak yang baru saja tertembak di bagian kepala atau dada, hampir semuanya meninggal. Total ada 13 anak,” kata Dojter Sidhwa, dikutip MediaITE, Rabu (9/10). ). / 2024).
Ia berbicara dengan 65 petugas kesehatan lainnya tentang situasi di Gaza, dan 44 di antaranya mengaku melihat situasi yang sama.
Dari 65 orang, 57 di antaranya melaporkannya.
Dr. Mohamad Rassoul Abu Nuwar, seorang ahli bedah bariatrik dan ahli bedah usus besar berkata, “Suatu malam di ruang gawat darurat, lebih dari empat jam, saya melihat enam anak berusia 5-12 tahun, semuanya dengan luka tembak di tengkorak.”
Petugas kesehatan lainnya juga menceritakan kasus pembunuhan anak-anak yang mereka lihat.
“Tim kami merawat sekitar empat atau lima anak, usia 5-8 tahun, yang semuanya mengalami luka tembak di kepala. Mereka semua tiba di ruang gawat darurat pada waktu yang sama. Mereka semua meninggal,” kata Dr. Irfan Galaria, ahli bedah plastik dan rekonstruksi.
Baca Juga: Israel Serang Jabalia Gaza, 30 Tewas, 8 Sekolah Tempat Pengungsi Juga Menjadi Sasaran 9 Negara Uni Eropa Selatan Serukan Gencatan Senjata di Gaza dan Lebanon Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2024 Nihon Hidankyo: Situasi di Gaza Kini Mirip Jepang di Akhir Dunia Perang II
Petugas kesehatan lainnya mengatakan anak-anak dengan luka tembak di kepala adalah kejadian sehari-hari.
Banyak yang mengalami kerusakan otak permanen. Hampir setiap hari anak-anak datang ke rumah sakit dengan luka tembak di kepala, kata dr Ndal Farah. seorang ahli anestesi.
Hampir seluruh petugas kesehatan juga mengatakan bahwa warga Palestina kerap menderita gizi buruk.
“Orang-orang ini kelaparan. Saya langsung tahu untuk tidak minum atau memakan makanan yang saya bawa ke petugas kesehatan karena mereka belum makan selama sehari,” kata Merrill Tydings.
Baca juga: Sekolah di Gaza Semua Pengungsi Dibunuh Israel, 28 Tewas, 54 Luka-luka Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih berita yang Anda suka untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda sudah menginstal aplikasi WhatsApp.