JAKARTA sp-globalindo.co.id – Mobil ramah lingkungan berbiaya rendah (LCGC) selalu dianggap sebagai pilihan yang terjangkau bagi masyarakat Indonesia dan harganya terus meningkat.
Pada tahun 2025, harga Toyota Calya, Daihatsu Sigra, Toyota Agya, dan Daihatsu Ayla mendekati Rp 200 juta, sedangkan Honda Brio Satya kelas atas saat ini dibanderol dengan harga Rp 202,5 juta.
Dalam keadaan seperti itu, apakah LCGC masih bisa disebut sebagai mobil murah di Indonesia?
Baca juga: Harga LCGC Mulai Naik, Lihat Daftar Januari 2025
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Jenderal Gaikindo Kukuh Kumara menjelaskan kenaikan harga LCGC disebabkan oleh kenaikan biaya produksi.
Kenaikan LCGC tetap dijaga dan diperhitungkan. Biaya produksi dan kenaikan nilai tukar memerlukan penyesuaian harga ini, jelasnya, Selasa (14 Januari 2025) di Jakarta.
LCGC pertama kali didirikan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2013 untuk melayani masyarakat yang ingin memiliki mobil namun memiliki keterbatasan kemampuan.
Dengan mesin mulai dari 980 hingga 1.200cc dan konsumsi bahan bakar minimum 20 km/l, program ini berhasil mendongkrak penjualan mobil hingga mencapai rekor 1,2 juta unit pada tahun 2013.
Namun, LCGC kini menghadapi tantangan baru, terutama dalam kebijakan perpajakan. Pada tahun 2021, LCGC tidak lagi dibebaskan dari pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dan akan dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) dan akan ditambah pada tahun ini yang juga akan mempengaruhi harga.
“Mobil berharga Rp 100 juta dan jalan raya Rp 140-150 juta. Separuhnya berupa pajak,” kata Kukuh.
Baca juga: Sepeda Motor Masuk Jalan Didenda 500.000 Riel
Selain itu, LCGC menghadapi tekanan yang semakin besar dari pengembangan teknologi ramah lingkungan seperti kendaraan listrik (EVs/EVs).
“Perkembangan teknologi sudah kembali. Beberapa mobil listrik pada akhirnya mungkin akan lebih murah. Namun LCGC adalah investasi jangka panjang dan modelnya akan berubah selama bertahun-tahun. Suka atau tidak, mereka harus melihatnya.” Persaingan, kemana kita akan pergi? kata Kuku.
“Dengan mobil listrik, kita harus menjaga apa yang kita punya. Jangan sampai kita berkendara jauh,” katanya. “Terlalu banyak kita punya pilihan lain, kita punya etanol, kita punya bahan bakar, dan itu berkontribusi untuk saling membantu. “
Meski demikian, Kukuh mengatakan meski harga LCGC terus naik, sebagian besar masyarakat dengan anggaran terbatas masih membutuhkannya.
Data kami menunjukkan hampir 70% mobil yang dibeli masyarakat berharga Rp 300 juta ke bawah, ujarnya. Dengarkan berita terkini dan pilihan utama kami di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda dan buka WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal WhatsApp.