“Aku pikir jika suatu hari ayah ‘mati’, bagaimana bisa Mawar bisa terus bekerja? Tapi tentu saja Tuhan akan memberikan segala yang dibutuhkan Saron Mawar dan mengirim para pekerja yang memiliki hati untuk melayani.”
Dengan demikian percakapan saya pada 13 Mei 2016 dengan Hotma Sitomppoel, seorang pembela senior Batak -bloody dan selalu tampak elegan.
Dia adalah pendiri Hotma Sitomppoel & Associate dan Saron Mawar Commercial Bar Association of the Legal Aid Institute (LBH).
Sebagai lembaga nirlaba, LBH Mawar Saron pada 8 Juli 2002, terus memberikan bantuan hukum gratis (Prodo & Probono) kepada orang miskin dan dianiaya secara hukum tanpa membedakan etnis, agama, ras, keturunan, keyakinan politik dan latar belakang sosial dan budaya.
Tak lama setelah itu, pesan saya dihargai oleh mantan bos: “Saya tidak khawatir, ada banyak anak Tuhan, termasuk Albert yang akan menjaga pekerjaan Tuhan di Mawar Saron.”
Pada 2010, setelah melepaskan asosiasi bar Fli & Partners dari Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), saya tidak pernah meminta LBH Mawar SarĂ³n, tetapi ke kantor komersialnya.
Namun, pada saat itu, Tn. Hotma, saya terlebih dahulu “dapatkan” orang miskin. Pengacara
Pada awal Maret 2010, pagi itu, saya bergabung dengan sekelompok kolega pembela umum untuk memberikan nasihat hukum di Pusat Penahanan Cipinang, Yakarta Timur. Kegiatan ini dilakukan secara rutin untuk melatih tahanan untuk hak -hak hukum mereka.
Pada kesempatan itu, saya bertemu Usep Cahyon, seorang penjual gila yang buta huruf yang ditangkap karena kecurigaan memiliki dan mendistribusikan ganja.
USEP, yang menjual produknya, dikunjungi oleh seorang pria dengan gaun dari biasa dan mengatakan dia akan meminjam permainan USEP.
Ketika pria itu membuka restoran dengan jaketnya, sebuah komunitas gereja jatuh 50.000 RP dan paket kertas kecil.
Kemudian pria Usep meminta untuk mengambilnya dan segera memegang UEP ke kantornya untuk diperiksa dan menandatangani file yang tidak pernah dicurigai memegang USP sebagai tahanan.
Setelah mendengar UTSEP, saya mengirimkannya ke kolega lain untuk mengeksplorasi informasi.
Setelah dilaporkan kepada direktur LBH, Mawar Saron John Im Pattiwael, kami percaya kasus USP harus mencurigai itu adalah teknik kasus.
Pada hari pembukaan kasus kasus USEP, Hotma Sitomppoel mengirim protes kuat karena jaksa belum mengirimkan salinan file kasus yang mendukung pertahanan UP, menyebabkan persidangan menunda.