WASHINGTON DC, sp-globalindo.co.id – Kematian pemimpin Hamas Yahya Sinwar merupakan kemenangan besar bagi Israel. Lalu apa yang dilakukan Israel selanjutnya?
Pemimpin Israel kini berusaha mengunci keuntungan strategis menjelang pemilu AS 2024 bulan depan.
Israel ingin melindungi wilayahnya dari serangan di masa depan. Itulah sebabnya Israel berusaha mendekatkan diri dengan Amerika Serikat, sekutu terpentingnya.
Baca juga: Hamas: Kemungkinan Pemimpin Baru di Luar Gaza
Seperti diberitakan Reuters pada Sabtu (19/10/2024), momen ini telah menjadi zona penyangga de facto yang bertujuan untuk menciptakan kenyataan yang tidak dapat diubah sebelum presiden baru menjabat pada Januari 2025, kata delapan sumber kepada Reuters.
Dengan mengintensifkan operasi militernya melawan Hizbullah dan Hamas, Israel ingin memastikan bahwa musuh-musuhnya dan pelindung utama mereka, Iran, tidak berkumpul kembali dan mengancam warga Israel lagi.
Presiden AS Joe Biden diperkirakan akan menggunakan pembunuhan Yahya Sinwar untuk menekan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar mengakhiri perang di Gaza.
Namun, pemimpin Israel mungkin lebih memilih untuk menunggu sampai akhir masa jabatan Biden dan mengambil peluang untuk memilih presiden berikutnya, baik kandidat dari Partai Demokrat Kamala Harris atau saingannya dari Partai Republik Donald Trump, yang memiliki hubungan dekat dengan Netanyahu.
Sebelum mempertimbangkan gencatan senjata, Israel mengintensifkan kampanye militernya untuk mengusir Hizbullah dari perbatasan utaranya, dengan menyerbu kamp pengungsi Jabalia yang padat di Gaza.
Baca juga: Serangan Israel ke Kamp Pengungsi Tadi Malam, 33 Orang Tewas
Israel juga merencanakan tanggapan terhadap serangan balistik Iran pada 1 Oktober 2024, yang merupakan serangan langsung kedua terhadap Israel dalam enam bulan.
“Ada lanskap baru, perubahan geopolitik baru di kawasan ini,” kata David Schenker, mantan asisten menteri luar negeri AS untuk Timur Tengah yang kini menjadi peneliti senior di lembaga think tank Washington Institute.
Sebelum serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, Israel bersedia menoleransi ancaman tingkat tinggi, menanggapi tembakan roket dari kelompok Palestina Hamas dan musuh lainnya dengan serangan terbatas.
“Tidak lagi. Kali ini Israel berperang di banyak lini. Hamas, Hizbullah, dan Iran akan segera datang,” ujarnya.
Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis bahwa kematian Sinwar menyelesaikan masalah tersebut.
Namun dia memperingatkan bahwa perang Gaza akan terus berlanjut dengan kekuatan penuh sampai para sandera Israel dikembalikan.
Sementara itu, juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan penghapusan Sinwar merupakan pencapaian besar dalam upaya menghancurkan aparat militer Hamas.