MUAN, sp-globalindo.co.id – Dinding beton di Bandara Internasional Muan Korea Selatan disebut-sebut menjadi kunci jatuhnya pesawat Jeju Air yang jatuh pada Minggu (29 Desember 2024).
Kecelakaan tersebut menewaskan total 179 orang dan hanya dua yang selamat, menjadikannya salah satu kecelakaan pesawat terburuk dalam sejarah Korea Selatan.
Pakar keselamatan penerbangan terkemuka David Learmount mengatakan kepada Sky News bahwa tabrakan dengan dinding beton di ujung landasan adalah kunci dari parahnya kecelakaan tersebut.
Baca juga: Kecelakaan Pesawat Jeju Tewaskan 177 Orang, Korea Selatan 7 Hari Berkabung Nasional
“(Bentrokan) tidak dibenarkan, menurut saya (membangun tembok) hampir merupakan kejahatan,” ujarnya.
Saksi mata melihat sekawanan besar burung di sekitar lintasan sesaat sebelum kecelakaan. Menara pengawas kemudian memperingatkan pilot tentang kemungkinan tabrakan dengan burung tersebut.
Semenit kemudian, Boeing 737-8AS nomor penerbangan 2216 dari Bangkok mengirimkan sinyal 1 Mei.
Pesawat mencoba mendarat dua kali. Upaya pertama gagal, dan upaya kedua pada pukul 09.03 waktu setempat gagal memperpanjang roda pendaratan.
Learmount yakin orang-orang yang berada di dalam pesawat Jeju Air memiliki peluang besar untuk selamat karena pilot berhasil mendaratkan burung besi tersebut meski dalam kecepatan tinggi.
“Dia (pilot) menabrakkannya dengan sangat baik mengingat situasinya. Mereka terbang sangat cepat, tapi pesawat masih utuh saat mendarat,” ujarnya.
Namun saat mencapai ujung landasan dan menabrak tembok, pesawat langsung hancur.
“Bangunan seperti ini seharusnya tidak ada. Ini mengerikan. Ini mengerikan,” kata Learmount.
Baca juga: 62 Orang Tewas di Perairan Jeju, Kecelakaan Maut Pertama Sejak Didirikan Tahun 2005
Bandara Internasional Muan dibuka pada tahun 2007 dan merupakan salah satu bandara tersibuk di Korea Selatan.
Citra satelit menunjukkan tembok beton telah berdiri di dekat pagar pembatas di ujung selatan landasan pacu selama bertahun-tahun.
Dinding tersebut berisi instrumen sistem pendaratan untuk membantu pilot mendarat di malam hari atau dalam jarak pandang yang buruk.
Di sebagian besar bandara, sistem ini terletak di ruang pertemuan.