GLOBAL NEWS Jika Korea Utara Memang Mengirim Pasukan ke Ukraina, Sejauh Apa PBB Bisa Bertindak?
Washington DC, sp-globalindo.co.id – AS, Korea Selatan, Inggris, dan Ukraina mengatakan bahwa Korea Utara mengirim Rusia untuk mengirim pasukan ke Ukraina.
Menurut Gedung Putih, hal ini merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.
Kremlin yang berperang di Ukraina sejak Februari 2022 dan Korea Utara menyangkal pasukan Korea Utara berasal dari Rusia.
Baca Juga: AS Sebut Ada 3.000 Tentara Korea Utara di Rusia
Lantas, apa yang bisa dilakukan Dewan Keamanan PBB jika sanksi terhadap Korea Utara dilanggar?
Seperti dilansir Reuters, Korea Utara telah berada di bawah sanksi Dewan Keamanan PBB sejak tahun 2006 dan langkah-langkah ini telah diperkuat selama bertahun-tahun yang bertujuan untuk mencegah pengembangan senjata nuklir dan rudal balistik oleh Pyongyang.
Dewan Keamanan memiliki Komite Sanksi Korea Utara, yang terdiri dari 15 anggota dewan, termasuk Rusia, untuk memeriksa informasi tentang dugaan pelanggaran dan mengambil tindakan yang tepat.
Komite ini bekerja berdasarkan konsensus dan dapat mencalonkan individu dan organisasi.
Anggota Dewan Keamanan juga dapat mengusulkan tindakan untuk mengeluarkan resolusi, namun hal ini memerlukan setidaknya sembilan suara mendukung dan tidak ada veto dari Rusia, Tiongkok, Amerika Serikat, Perancis, atau Inggris.
Berdasarkan sanksi Dewan Keamanan PBB, negara dilarang menerima instruktur, penasihat, atau pejabat lain untuk tujuan pelatihan militer, militer, atau polisi. Korea Utara juga tunduk pada perjanjian senjata tersebut.
Sebuah panel ahli independen yang ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal PBB telah memantau sanksi PBB terhadap Korea Utara selama 15 tahun, melaporkan dua kali setahun kepada Dewan Keamanan dan merekomendasikan langkah-langkah untuk memperbaiki sanksi.
Laporan tersebut menyebutkan nama individu, organisasi, dan negara yang sedang diselidiki atau diyakini telah melanggar sanksi.
Meskipun sanksi PBB terhadap Korea Utara tetap berlaku tanpa batas waktu, mandat panel tersebut diperbarui setiap tahun oleh Dewan. Maret lalu, Rusia memblokir ekspansi Tiongkok. Para ahli juga berhenti memantau penerapan sanksi PBB terhadap Korea Utara pada 30 April.
Awal bulan ini, Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang membentuk satuan tugas internasional baru untuk memantau penerapan sanksi terhadap Korea Utara, sebuah tindakan yang menurut Pyongyang ilegal dan ilegal.
Baca Juga: Menteri Pertahanan AS Yakin Pasukan Korea Utara Sudah Ada di Rusia Bisakah Rusia dan China Meringankan Sanksi terhadap Korea Utara?
Sanksi baru PBB terhadap Korea Utara, yang sudah menjadi salah satu negara yang paling banyak terkena sanksi, kemungkinan besar tidak akan terjadi.
Terakhir kali dewan beranggotakan 15 negara menjatuhkan sanksi baru terhadap Korea Utara adalah pada bulan Desember 2017.
Dua tahun kemudian, Tiongkok dan Rusia menyusun resolusi untuk meringankan sanksi dalam upaya mendorong dialog antara Washington dan Pyongyang.
Namun, mereka tidak memberikan suara pada usulan tersebut karena para duta besar hanya mendapat sedikit dukungan terhadap usulan tersebut.
Pada bulan November 2021, Tiongkok dan Rusia memperbarui kampanye mereka untuk mencabut sanksi terhadap industri-industri utama Korea Utara guna meningkatkan taraf hidup masyarakat yang tinggal di negara Asia yang terisolasi tersebut. Draf teks tidak dipilih.
Baca Juga: Korea Utara Tolak Kirim Pasukan ke Rusia untuk Bertempur di Ukraina
Amerika Serikat kemudian mengusulkan penguatan sanksi PBB terhadap Korea Utara atas peluncuran rudal balistik baru. Namun Tiongkok dan Rusia memveto resolusi yang dirancang AS pada Mei 2022, dan 13 anggota dewan lainnya memberikan suara mendukungnya.
Dengarkan berita terbaik dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk masuk ke saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi WhatsApp.