SP NEWS GLOBAL INDONESIA

Berita Seputar Global Indonesia

Internasional

Ketakutan Migran Tak Berdokumen di AS terhadap Ancaman Deportasi Massal Donald Trump

GABRIELA memasuki Amerika Serikat (AS) lebih dari dua puluh tahun yang lalu dengan cara yang sangat berbahaya dan berbahaya. Ia masuk secara ilegal dengan bersembunyi di bawah tumpukan batang jagung di bagasi mobil penyelundup. Dia ingat mengalami kesulitan bernapas. Dia menggunakan metode ini untuk menghindari deteksi oleh petugas imigrasi AS.

Dia sekarang menjadi ibu rumah tangga di Maryland. Warga negara Bolivia adalah salah satu dari setidaknya 13 juta imigran tidak berdokumen yang tinggal di Amerika Serikat. Imigran tidak berdokumen adalah istilah umum yang mencakup mereka yang memasuki Amerika Serikat secara ilegal, telah melampaui masa berlaku visanya, atau memiliki status dilindungi tertentu yang tidak dapat dideportasi.

Di seluruh Amerika, imigran seperti Gabriela kini merasa khawatir. Pasalnya, presiden terpilih negara tersebut, Donald Trump, telah menjanjikan deportasi massal terhadap imigran tidak berdokumen.

Dalam wawancara, para imigran tidak berdokumen mengatakan rencana deportasi massal telah menjadi topik diskusi hangat di komunitas mereka, grup WhatsApp, dan media sosial. Beberapa orang, seperti Gabriela, yakin hal itu tidak akan berdampak sama sekali.

“Sebenarnya saya tidak takut sama sekali,” kata Gabriela kepada BBC. “Penjahat harus khawatir tentang hal itu. Saya membayar pajak dan bekerja. Memang benar, saya tidak punya dokumen… ‘(Tapi) bagaimana mereka tahu tentang saya?’

Selama kampanye, yang ditandai dengan kegelisahan besar di kalangan pemilih Amerika mengenai masalah imigrasi, Trump sering menjanjikan deportasi massal terhadap imigran pada hari pertamanya menjabat jika ia terpilih kembali.

Kini, dua minggu setelah kemenangan pemilunya, masih belum jelas seperti apa penegakan imigrasi sebenarnya.

Trump menegaskan bahwa biaya tidak akan menjadi masalah. Namun, beberapa ahli memperingatkan bahwa janji Trump dapat menghadapi hambatan finansial dan logistik yang signifikan.

Tom Homan, raja perbatasan yang baru diangkat, mengatakan imigran tidak berdokumen yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional atau keselamatan publik akan menjadi prioritas. Ia mengatakan, penggerebekan di tempat kerja bisa saja dilakukan kembali. Praktik semacam itu, yang pernah dilakukan pada masa jabatan pertama pemerintahan Trump, dihentikan oleh pemerintahan Joe Biden.

Dalam sebuah wawancara dengan Fox News Sabtu lalu, mantan penjabat direktur Imigrasi dan Bea Cukai AS menantang anggapan bahwa “penegak hukum adalah pihak yang jahat dan penegak hukum adalah korbannya” selama masa jabatan pertama Trump.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *