Kisah Heroik Bidan Eni, Dayung Sampan, Bantu Kelahiran di Tengah Laut dan Evakuasi Pasien dengan Sarung
sp-globalindo.co.id- Malam itu menjadi malam yang tak terlupakan bagi Annie Susanti (37), bidan di Puskesmas Kampung Laut, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah.
Hujan deras, ada petir, dan Annie yang basah kuyup harus mengantar ibu hamil yang hendak melahirkan ke fasilitas kesehatan dengan menggunakan perahu.
Namun kondisi cuaca ekstrem membuat perahu tidak bisa melaju kencang. Wanita hamil itu akhirnya melahirkan di atas kapal. Proses melahirkan pun tidak mudah karena dilakukan di tempat yang salah.
“Meski sudah tersedia alat melahirkan atau persalinan berbantuan, namun proses persalinan berbantuan di atas kapal bukanlah hal yang mudah karena tidak dilakukan di tempat yang sesuai, misalnya di tempat sempit, kondisi ibu panik, Cuacanya dingin karena malam dan hujan. Kondisi kami saat itu basah karena hujan dan angin, “Kondisi ibu dan bayi dalam keadaan sehat dan aman, sehingga akan dipantau lebih lanjut di fasilitas kesehatan. kata Annie kepada sp-globalindo.co.id, Sabtu (11/2/2024).
Baca juga: Bidan Masih Dipercaya Wanita untuk Kesehatan Reproduksi
Kampung Laut, lokasi Puskesmas tempat Annie bekerja, merupakan sebuah kawasan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Letaknya tepat di pinggir Segara Anakan, pesisir selatan Pulau Jawa.
Jumlah penduduk kawasan Kampung Laut sebanyak 18.836 jiwa, dengan luas wilayah 142 kilometer persegi.
Kampung Laut terdiri dari 4 kawasan terbangun yang terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil Segara Anakan yang membentuk beberapa desa, seperti Ujung Alang, Ujung Gagak, Panikel dan Klaces, dimana akses menuju setiap desa melalui transportasi air atau perahu.
Untuk mencapai Puskesmas Kampung Laut tempat tinggalnya di Desa Tritih Kulon, Distrik Chilachap Utara, Kabupaten Chilachap, Annie harus menempuh perjalanan laut selama kurang lebih 1,5 jam dengan jarak 20 kilometer. Annie harus menggunakan perahu untuk sampai ke puskesmas tempatnya bekerja.
Dari rumah, Annie berangkat pukul 06.00 VIB lalu mengendarai sepeda motor menuju dermaga Sleko. Setelah meninggalkan kendaraannya di tempat parkir, ia kemudian berangkat dengan perahu menuju Puskesmas.
“Perahu yang kami gunakan merupakan persediaan yang hanya beroperasi pada hari Senin sampai Jumat,” kata Annie lagi.
Baca juga: Optimalisasi Peran Bidan dalam Pelayanan KB
Jika memilih hari Sabtu dan Minggu, Annie terpaksa menggunakan perahu biasa dengan biaya sendiri. Namun perahu tersebut tidak sampai ke Puskesmas Kampung Laut dan hanya sampai di Desa Ujung Alang, desa di sebelah Puskesmas.
Sehingga Annie dan rekan-rekannya terpaksa menyewa perahu lain untuk mencapai pusat komunitas yang memakan waktu 30 menit perjalanan. Harganya sekitar Rp 72.000 sekali perjalanan.
Annie pulang ke rumah sekitar jam 16.30 VIB.
Namun, jika protes layanan kebidanan darurat neonatal dasar (MONED) dijadwalkan, Annie harus bermalam di pusat kesehatan masyarakat dan kembali ke rumah keesokan harinya.
“Kami jadwalkan 2 piket PONED dalam seminggu. Lama waktu kerja satu piket kurang lebih 30 jam. “Karena shiftnya tidak bisa dipecah, maka waktu pemeliharaan disesuaikan menjadi 2 hari kerja, dengan mempertimbangkan sulitnya transportasi yang sewaktu-waktu tidak tersedia, letak geografis yang sulit, dan tenaga kerja yang tidak mencukupi,” ujarnya lagi.