sp-globalindo.co.id – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang ditujukan untuk siswa SMA memiliki banyak manfaat positif.
Menu gizi seimbang yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah dapat memenuhi kebutuhan gizi anak. Selain itu, sebagian besar anak lebih menyukai kantin atau jajanan pinggir jalan yang gizinya tidak lengkap dan tidak higienis. Jika membawa bekal, hanya berisi nasi dan lauk pauknya saja.
“MBG bisa menawarkan 4 jenis makanan berbeda, sehingga jika dilihat dari kualitas makanan yang ditawarkan, MBG bisa dikatakan lebih baik. Jika ditawarkan 4 jenis makanan berbeda, hal ini menunjukkan konsumsi makanan berbeda-beda,” kata Ahli Gizi Komunitas IPB, Prof. Ali Chomsan saat menghubungi Compass Health.
Pemerintah sendiri belum menyesuaikan standar menu dalam program ini. Dedek Prayudi, Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, menjelaskan program MBG memiliki tiga standar dalam pelaksanaannya, yaitu standar tingkat pangan, standar kebersihan terkait keamanan pangan, dan standar pengelolaan sampah berkelanjutan.
“Tidak ada menu standar, yang ada hanya standar gizi yaitu memenuhi kebutuhan gizi harian berupa karbohidrat, protein, dan vitamin,” ujarnya.
– Menunya bisa disesuaikan dengan kondisi industri, misalnya di Papua kebutuhan karbohidratnya dari sagu, ada juga yang fobia nasi, kita ubah ke kentang, tambahnya.
Baca Juga: Pemerintah menargetkan memiliki 5.000 dapur gratis dengan makanan bergizi pada tahun 2025
Profesor Ali mengatakan, jika program MBG dilaksanakan secara konsisten maka anak-anak akan mendapatkan banyak manfaat.
Manfaat tersebut antara lain mengurangi ketidakhadiran dan menjadi cara untuk melatih kebiasaan makan yang baik.
“Dampak MBG juga merupakan cara untuk mengajarkan pola makan yang baik agar anak memahami konsumsi makanan yang berbeda-beda,” ujarnya.
Selain itu, hal ini juga dapat meningkatkan status gizi anak sehingga meningkatkan prestasi akademik pula.
Salah satu tantangan program ini adalah tidak semua anak terbiasa mengonsumsi makanan kaya serat seperti sayur dan buah. Beberapa anak juga mengaku kurang menyukai menu yang ditawarkan.
Agar anak-anak semangat menyelesaikan masakannya, Prof. Ali berpesan pentingnya evaluasi dan variasi menu.
“Evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui jenis makanan apa yang disukai dan tidak disukai anak, sehingga ahli gizi SPPG dapat mengembangkan menu lain untuk anak,” ujarnya.
Di saat yang sama, para orang tua juga antusias menggunakan MBG karena meringankan beban mereka dalam menyiapkan pesanan. Warga Bandung, Elis Parwati, mengatakan, karena anaknya diberi makan gratis, uang jajan anaknya juga bisa dihemat.
Baca juga: MBG Resmi Diluncurkan, Upaya Atasi Gizi Buruk dan Dongkrak Perekonomian Daerah Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal WhatsApp.