Dua anggota pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lebanon, yang biasa dikenal dengan UNIFIL, terluka pekan lalu setelah pasukan Israel melepaskan tembakan ke menara observasi di markas UNIFIL di Nakhoura. 48 jam kemudian, PBB melaporkan bahwa dua penjaga perdamaian lagi terluka di Nkoura. Dua dari empat orang yang terluka adalah anggota TNI.
April lalu, tiga pengamat PBB dan seorang penerjemah Lebanon terluka dalam ledakan. Pada saat itu, pejabat keamanan Lebanon bertukar tuduhan dengan pasukan Israel, mengatakan bahwa bahan peledak tersebut ditanam oleh Hizbullah.
Baca Juga: Israel Akui Lukai Dua Prajurit TNI UNIFIL di Lebanon Bukan Sengaja
Ledakan dan penyerangan terjadi saat pertempuran antara Israel dan kelompok Hizbullah. Konflik meningkat pada September lalu setelah satu tahun pertempuran terbatas yang dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika Hizbullah melancarkan serangan lintas batas ke Israel sehari setelah Hamas menyerang Israel selatan.
Karena misi UNIFIL berbasis di Lebanon selatan, pasukan penjaga perdamaian PBB menjadi pusat serangan lintas batas yang sedang berlangsung.
Baca juga: Siapa Hizbullah dan Akankah Segera Berperang dengan Israel? Apa itu UNIFIL?
Pasukan Sementara PBB (UNIFIL) mulai beroperasi di Lebanon pada Maret 1978 setelah invasi Israel.
Sekitar 10.000 tentara PBB dari 50 negara akan berada di sana pada September 2024. Di antara kontributor militer terbesar adalah Indonesia dengan 1.231 personel dan Italia dengan 1.068 personel. Belanda dan Uruguay masing-masing hanya mengirimkan satu orang.
Pasukan penjaga perdamaian PBB bermarkas di 50 pangkalan di area seluas 1.060 kilometer persegi, meliputi wilayah antara perbatasan yang diakui secara internasional antara Lebanon dan Israel dan Sungai Litani di Lebanon, 30 km sebelah utara perbatasan.
UNIFIL berkantor pusat di kota Nacora.