SOLO, sp-globalindo.co.id – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikins (Menkes) mengimbau masyarakat turut berperan dalam pencegahan tuberkulosis (TB) dengan melakukan tes tuberkulosis secara mandiri.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan: “Skrining penting karena menjaga kesehatan masyarakat jauh lebih murah dan memiliki kualitas hidup yang jauh lebih baik daripada mengobati penyakit ketika sudah terlambat.” ”. Pemeriksaan TBC dan Kesehatan Jiwa Mandiri yang dilakukan Pemprov Jateng, Minggu (12 Agustus 2024).
Menteri Kesehatan mengatakan tuberkulosis (TB) mudah diobati begitu orang yang terinfeksi terdeteksi.
“Kalau tuberkulosis bisa dideteksi lewat rontgen dalam kondisi laten, maka kita bisa segera memberikan pengobatan. Saat ini pengobatan tuberkulosis sudah bagus,” kata Budi.
Artikel terkait: Menkes: Iuran BPJS Kesehatan Tak Naik di 2025
Dengan pengobatan yang cepat, pasien tuberkulosis tidak dapat menulari orang lain, lanjutnya. Oleh karena itu, Menkes menyambut baik tes tuberkulosis mandiri yang digagas Pemprov Jateng.
“Setiap tes itu penting karena jauh lebih murah dan kualitas hidup jauh lebih baik untuk menjaga masyarakat tetap sehat daripada mengobati ketika sudah terlambat dan mereka sudah sakit,” kata Menkes.
Bahkan, tes mandiri harus ditingkatkan, mengingat pasien tuberkulosis seringkali tidak menunjukkan gejala, katanya.
“Tuberkulosis kadang tidak menimbulkan gejala, namun seperti halnya infeksi virus corona sebelumnya, jika ada orang di lingkungan Anda yang tertular TBC, ada baiknya segera ke puskesmas dan dites. Karena bisa jadi Anda sudah tertular,” ujarnya.
Mengenai kasus tuberkulosis secara nasional, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 1 juta orang terinfeksi tuberkulosis. Dari total kasus, 500.000 terdeteksi.
“Sekarang bayangkan 500.000 orang sisanya tidak ditemukan. Jadi langkah pertama adalah menemukan mereka dulu,” kata Menkes.
Baca juga: Menkes: Sumber Daya Manusia Kunci Utama Kesehatan Jantung di Indonesia
Namun, dia mengatakan temuannya menunjukkan jumlah kasus meningkat menjadi 840.000 pada tahun lalu.
“Tahun ini saya ingin menerima 900.000 yen, karena jika pasien ditemukan, kami bisa memberinya obat dan dia bisa pulih,” kata Menteri Kesehatan.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinke) Jawa Tengah Unita Dia Suminar mengatakan pihaknya akan memperkenalkan fitur baru pada tes mandiri tuberkulosis dan kesehatan mental.
“Hal ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa tes itu penting karena masyarakat malu mengidap TBC bahkan mungkin tidak merasakan gejalanya,” ujarnya.
Dia mengatakan dia ingin masyarakat dapat menentukan apakah mereka memiliki gejala melalui tes mandiri.
“Hal ini disebabkan adanya kesadaran masyarakat terhadap indikator-indikator yang ada. Kemudian melalui fitur ini akan diketahui Puskesmas mana yang akan dituju,” ujarnya.
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien TBC untuk mengetahui apakah pasien tersebut memang menderita TBC, batuk rejan, atau penyakit lain.
“Kalau ketahuan, nanti dites dan diobati sampai sembuh. Pengobatannya enam bulan, dan kalau kambuh atau berhenti minum setelah itu, berbahaya. Bisa jadi toleransi, jadi sulit diobati, ” katanya. . . Dengarkan berita terkini dan cerita yang dipilih dengan cermat langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda dan kunjungi saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id di https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda sudah menginstal aplikasi WhatsApp.