Pasca pemanggilan calon Presiden terpilih Prabowo Subianto di Kertanegara, Jakarta, semakin banyak informasi mengenai komposisi kabinetnya dan bagaimana ia akan mencapai tujuan ambisiusnya untuk menumbuhkan perekonomian sebesar 8 persen.
Dalam banyak kesempatan, Prabowo menegaskan komitmennya untuk melanjutkan banyak program warisan pemerintahan Jokowi, seperti industri, ketahanan pangan, dan energi.
Namun, seruan terhadap calon dan beberapa tokoh kabinet Jokowi telah menimbulkan pertanyaan secara umum: Apakah keputusan untuk mempertahankan beberapa menteri lama demi mempercepat perekonomian Indonesia akan mencapai tujuan ambisius tersebut?
Banyak yang meragukan bahwa “kabinet daur ulang” ini memiliki inovasi yang cukup untuk membawa Indonesia keluar dari resesi ekonomi dan mencapai tingkat pertumbuhan lebih dari 5 persen per tahun.
Hal ini menimbulkan perdebatan serius mengenai kesiapan para menteri terpilih untuk mengatasi tantangan kebijakan yang lebih kompleks, sekaligus mempertanyakan legitimasi di balik keputusan Prabowo untuk mempertahankan tokoh-tokoh lama di kabinet barunya. Mimpi besar dan kenyataan pahit
Prabowo memaparkan rencana ekonomi yang ambisius, dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen dalam lima tahun ke depan.
Namun, pertanyaan besar yang harus dijawab adalah: Apakah ini benar?
Di bawah pemerintahan Jokowi, Indonesia mampu mencapai pertumbuhan rata-rata sekitar 5 persen per tahun, meski pandemi COVID-19 tidak berdampak pada perekonomian global.
Mengingat situasi perlambatan ekonomi global dan tantangan dalam negeri seperti ketidakstabilan politik, terbatasnya pembangunan dan korupsi yang terus berlanjut, tujuan ini nampaknya seperti sebuah mimpi besar.
Prabowo mengatakan pertumbuhan 8 persen mungkin terjadi, dengan alasan Indonesia memiliki potensi besar melalui produksi dan penggunaan sumber daya alam.
Namun tanpa perubahan drastis dalam kebijakan ekonomi dan perubahan birokrasi secara besar-besaran, impian tersebut tampaknya jauh dari kenyataan.
Para peneliti juga memperingatkan bahwa upaya mencapai tujuan ini dengan cara yang sembrono dapat menyebabkan inflasi dan stagnasi ekonomi dalam jangka panjang. Lemari Daur Ulang: Solusi atau Masalah?
Salah satu poin yang dipermasalahkan adalah keputusan Prabowo yang mempertahankan banyak menteri era Jokowi di kabinetnya.
Meski langkah tersebut diambil dengan alasan kestabilan dan kestabilan, namun banyak yang berpendapat bahwa hal tersebut justru menjadi penghambat pencapaian pertumbuhan ekonomi 8 persen.
Beberapa menteri yang ditahan telah bekerja selama bertahun-tahun di era Jokowi dan merupakan bagian dari status quo yang gagal membawa Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah.