JAKARTA, sp-globalindo.co.id – PT Onduline Indonesia resmi meluncurkan Onduline Green Roof Award (OGRA) 2023 Asia, sebuah kompetisi desain atap konstruksi berkelanjutan.
Kompetisi ini memberikan penghargaan kepada para profesional berbakat yang terus berinovasi dalam desain atap di bidang arsitektur.
Perayaan dua tahunan yang dimulai pada tahun 2013 ini diselenggarakan untuk keenam kalinya dalam 10 tahun terakhir. Dalam kurun waktu tersebut, diperoleh lebih dari 500 karya, dan bermunculan puluhan juri ternama dari seluruh Indonesia.
Kompetisi OGRA juga menjadi ajang penghargaan desain terpenting di kawasan Tenggara, sehingga pada tahun 2023 mereka memutuskan untuk membawa kompetisi ini ke tingkat regional Asia.
Melalui Asian Design Competition OGRA 2023, PT Onduline Indonesia yang fokus membangun dunia yang lebih baik, kembali mengundang para profesional arsitektur dan mitranya untuk menciptakan desain atap yang memungkinkan konsumsi energi rumah lebih efisien.
Baca juga: Onduline Buka Pabrik Atap Aspal di Kawasan Industri Pasuruan
Country Director PT Onduline Indonesia Esther Pane mengatakan OGRA 2023 Asia terbuka untuk arsitek individu dan proyek, desainer, pengembang real estate, kontraktor dan desainer bangunan yang bertekad untuk membuat perubahan besar dan inovatif dalam dunia desain Asia Pasifik.
“Kompetisi ini kami selenggarakan untuk menampilkan talenta-talenta terbaik di bidang desain dan inovasi serta memberikan wadah bagi para arsitek dan desainer berbakat untuk menampilkan karya dan proyek luar biasa mereka,” kata Esther, Jumat (14/04/2023).
Pada topik “Merancang atap tropis pasif untuk rumah hemat energi”, peserta harus memiliki pengalaman minimal 1 tahun di bidang arsitektur, desain interior dan konstruksi.
Sementara itu, pengembang, konsultan desain, dan konsultan konstruksi harus menyiapkan rencana atap hunian yang dikelola dengan strategi berkelanjutan.
Panel juri antara lain Direktur Onduline Pacific Olivier Gili, Presiden Dewan Bangunan Hijau Indonesia Ivan Prijanto, Kepala Arsitek Ivan Priatman dan arsitek, perencana kota dan pakar lingkungan hidup dari Filipina yang juga termasuk di antara 48 pemenang. Filantropi di dunia menurut Forbes Felino ‘Jun’ Palafox Jr.
Tema lomba desain atap bangunan hijau ini merupakan respon Onduline terhadap permasalahan kualitas lingkungan yang semakin memburuk akibat konsumsi energi manusia dan aktivitas penyebab pemanasan global.
Banyaknya kriteria yang bisa disebut bangunan hijau juga mencakup poin evaluasi karya desain, efisiensi penggunaan air, penggunaan lahan yang baik, kualitas udara dalam ruangan, material yang digunakan, termasuk konsumsi energi rumah.
Ketua Dewan Bangunan Hijau Indonesia Ivan Prijanto mengatakan, mau tidak mau, Indonesia dan seluruh negara iklim tropis di dunia kini harus memasuki fase konservasi energi.
Pengembang, arsitek, desainer interior dan desainer bangunan lainnya diajak bersama-sama menciptakan bangunan hijau sebagai komitmen terhadap lingkungan.
“Penghematan energi yang kami maksud adalah jumlah energi yang dikonsumsi rumah sama dengan jumlah energi yang dihasilkan dari sumbernya sendiri, baik berupa panel surya maupun sumber energi terbarukan lainnya,” ujarnya.