SP NEWS GLOBAL INDONESIA

Berita Seputar Global Indonesia

Global

Pasca-Jatuhnya Assad, Waspada Arus Balik Teroris ke Suriah

Gambar tersebut dirilis oleh kantor berita Suriah SANA. Rekaman menunjukkan penjabat Perdana Menteri Suriah Mohammed al-Bashir, yang ditunjuk oleh pemberontak Hayat Tahrir al-Sham, memimpin pertemuan tersebut.

Gambarannya sederhana: beberapa orang duduk melingkar di meja oval, dengan penjabat perdana menteri di ujung meja. Demikian rapat kabinet Pemerintahan Transisi Suriah pada 10 Desember 2024 di Damaskus.

Foto tersebut tampaknya sengaja dirilis untuk meyakinkan komunitas internasional bahwa pemerintah transisi serius mengawasi peralihan kekuasaan dari rezim Assad yang digulingkan ke pemberontak ISIS.

Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Bashir mengatakan prioritasnya saat ini adalah memfasilitasi masa transisi dalam suasana damai dan tenteram menjelang pemilihan umum pada 1 Maret 2025.

Terlihat dari foto, peralihan kekuasaan akan terjadi dengan lancar. Pasalnya, pemerintahan transisi Republik Rakyat Khutsk menyertakan menteri-menteri dari sistem lama.

Benarkah peralihan kekuasaan akan lancar?

Lebih baik tidak langsung mengambil kesimpulan. Mari kita lihat peta konflik di Suriah sejak tergulingnya pemerintahan Assad.

Konflik di Suriah berawal dari badai demokratisasi di Afrika Utara dan Timur Tengah. Dikenal sebagai “Musim Semi Arab”.

Suriah tidak terkecuali. Selain itu, badai demokratisasi juga sedang terjadi.

Berbeda dengan nasib pemimpin seperti Ben Ali (Tunisia), Hosni Mubarak (Mesir), Muammar Gaddafi (Libya), Mohammed Morsi (Mesir) dan Abdullah Saleh (Yaman) yang tertimpa badai Arab Spring. , Bashar Assad bisa hidup lebih dari 13 tahun.

Karena Rusia dan Iran, sekutu dekat geopolitik Timur Tengah, mendukung Assad secara militer. Namun, sejak Februari 2014, dukungan militer terhadap rezim Assad telah berkurang karena Rusia terlibat perang dengan Ukraina.

Begitu pula dengan bantuan Iran. Sejak Oktober 2023, ketika Hamas menyerang Israel, Iran terlibat dalam perang tersebut, mendukung proksi mereka Hizbullah di Lebanon.

Tidak terlalu banyak. Selain Rusia dan Iran yang mendukung rezim Assad, Turki juga terlibat dalam perang saudara di Suriah dengan mendukung HTS (kelompok oposisi terbesar) dan Tentara Nasional Suriah (sayap militer oposisi, SNA).

Selain Rusia, Iran, dan Turki yang ikut serta dalam perang saudara di Suriah melalui proksi mereka, Amerika Serikat juga ikut serta dalam perang tersebut dengan mendukung kelompok perlawanan separatis Kurdi, SDF (Syrian Democrat Forces).

Dengan kompleksitas peta konflik tersebut, dunia kini menyaksikan aksi kekerasan yang diperkirakan akan meningkat.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *