SP NEWS GLOBAL INDONESIA

Berita Seputar Global Indonesia

Internasional

Pemuda Gaza Menjangkau Pemirsa Global dengan Video Kehidupan Sehari-hari di Masa Perang

MOHAMMED Said al-Halimy mulai serius mendokumentasikan gaya hidup sehari-harinya tujuh bulan setelah pecahnya perang di Gaza.

Al-Halimy, yang dikenal oleh teman-temannya dan online sebagai Medo (dengan akun Instagram: @medo_halimy), sejak remaja sudah memiliki bakat mengabadikan momen, seperti matahari terbenam dan peristiwa penting dalam hidup, dengan menggunakan video pendek. Namun hidupnya berubah drastis setelah bom Israel jatuh di Jalur Gaza sebagai respons atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Bom Israel menghancurkan universitas tempatnya kuliah dan memaksanya tinggal di tenda darurat di pinggir pantai.

Ketika pertempuran terus berlanjut dan menjadi pengungsi tampak semakin permanen, Al-Halimy mulai menggunakan kamera ponselnya untuk merekam pengalaman sehari-hari yang sangat nyata atau aneh dalam situasi seperti distopia (dunia yang penuh penderitaan dan ketidakpastian).

“Saya ingin menunjukkan sesuatu yang positif, ketahanan meski menderita setiap hari,” kata Al-Halimy, 19 tahun, dalam wawancara Juli lalu, dikutip The New York Times. Dia menambahkan bahwa dia berharap dapat menangkap “sisi tak kasat mata dari gaya hidup kita” dalam video yang diunggah secara online.

Banyak warga Palestina yang terjebak di Gaza merekam peristiwa perang sejak awal, seringkali dalam bentuk video yang mengerikan. Film-film ini memberikan jutaan orang di seluruh dunia gambaran lebih dekat mengenai pemboman Israel. Banyak dari postingan mereka – yang bersifat mentah, pribadi, dan terkadang vulgar – menjadi viral di awal konflik, ketika media tradisional kesulitan mengirim jurnalis ke wilayah yang diblokade.

Kini generasi muda di Gaza mempunyai cara pandang yang berbeda mengenai kehidupan mereka: tanggung jawab mereka sehari-hari dalam menghadapi perang yang telah berlangsung selama setahun dan sepertinya tidak pernah berakhir.

Al-Halimy mulai memposting tentang perjuangan sehari-hari, seperti menunggu berjam-jam untuk mengisi wadah air minum, menyiapkan resep dengan persediaan makanan yang terbatas, dan petak kebun baru yang ia tanam di lahan sebelah tenda yang telah ia garap selama berbulan-bulan. tempat tinggal keluarganya. Memamerkan tanaman mint barunya kepada pengikut Instagram-nya, dia bertanya: “Beri tahu saya di kolom komentar, saya harus memberi nama apa?”

Lebih dari 10.000 kilometer jauhnya di Florida tengah Amerika Serikat (AS), Sierra Taft yang berusia 36 tahun memantau kemajuan Al-Halima. Taft secara rutin memeriksa akun media sosial Al-Halimy untuk mengetahui kabar terkini dan mengkhawatirkan keselamatan pemuda tersebut.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *