SP NEWS GLOBAL INDONESIA

Berita Seputar Global Indonesia

Global

Peretas China Diduga Curi Dokumen Kementerian Keuangan AS

WASHINGTON DC, sp-globalindo.co.id – Departemen Keuangan Amerika Serikat melaporkan kasus tak terduga di mana dokumen yang belum diverifikasi dicuri oleh peretas yang diduga didukung oleh pemerintah China.

Peretasan tersebut, yang memperoleh akses ke sistem Departemen melalui pembukaan di pihak lain, menimbulkan kekhawatiran tentang potensi masalah keamanan siber di lembaga pemerintah AS.

Dalam suratnya kepada anggota parlemen, Kementerian Keuangan mengatakan peretas membobol penyedia keamanan online pihak ketiga BeyondTrust dan mencuri kunci, menurut laporan Reuters.

Baca juga: WHO Desak China Terbuka Soal Asal Usul Covid-19

Dengan kunci ini, mereka dapat menerobos sistem keamanan layanan cloud yang digunakan untuk bantuan teknis jarak jauh bagi pengguna di Kementerian Keuangan.

Akibatnya, para peretas memiliki akses jarak jauh ke stasiun kerja beberapa pengguna di Kementerian dan data rahasia yang mereka kendalikan. BeyondTrust melaporkan kejadian tersebut pada 8 Desember.

Departemen ini telah bekerja sama dengan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur AS (CISA) dan Biro Investigasi Federal (FBI) untuk menilai dampak peretasan tersebut.

Juru bicara Kedutaan Besar Tiongkok di Washington membantah tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai serangan kotor yang tidak berdasar terhadap Beijing.

BeyondTrust, sebuah perusahaan keamanan siber yang berbasis di Georgia, juga mengatakan pihaknya sedang menyelidiki insiden tersebut, namun tidak memberikan konfirmasi lebih lanjut.

Menurut keterangan perusahaan, kejadian ini disebabkan oleh pembobolan kunci digital yang berdampak pada beberapa pelanggannya.

Tom Hegel, peneliti ancaman di SentinelOne, mengatakan metode peretasan ini sangat cocok dengan sistem operasi kelompok teroris di Tiongkok, yang sering menggunakan layanan pihak ketiga yang tepercaya.

Baca juga: Sopir yang Bunuh 35 Pejalan Kaki di China Divonis Mati

Masalah ini tercermin dalam meningkatnya penggunaan layanan pihak ketiga oleh kelompok teroris yang dikelola negara, khususnya dari Tiongkok.

Para ahli menunjukkan bahwa pendekatan ini memberikan keuntungan strategis karena menggunakan kepercayaan yang ada pada penyedia layanan untuk menghindari tindakan keamanan yang ada.

Pemerintah AS sedang memperkuat teknologi, terutama dalam menghadapi ancaman dari pihak luar.

Namun kasus ini menegaskan perlunya pengawasan ketat terhadap aktivitas pihak-pihak lain yang terlibat dalam kebijakan pemerintah.

Baca Juga: Biografi Li Jianping, Algojo Terbesar di Tiongkok

Departemen Keuangan tidak memberikan pernyataan lanjutan mengenai dampak insiden ini, sementara FBI dan CISA terus melakukan penyelidikan menyeluruh. Dengarkan berita terkini dengan pilihan berita kami langsung ke ponsel Anda. Pilih berita favorit Anda untuk mendapatkan saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi WhatsApp.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *