SP NEWS GLOBAL INDONESIA

Berita Seputar Global Indonesia

Sports

Pilkada Langsung Dievaluasi, Ada Skenario Apa (Lagi)?

Pidato utama regional sekali lagi dipilih oleh Dewan Perwakilan Regional (DPRD). Jumlah anggaran dan potensi rilis digunakan sebagai alasan.

Presiden Prabowo Subianto, yang berulang kali merilis pidato tersebut sehingga pemilihan Manajer Regional (Pilkada) dilakukan oleh RDPRD, yang orang -orangnya tidak lagi menghilangkannya. Proposal ini dibuat pada peringatan 60 tahun Partai Golar di Bogor, Kamis (12.02.2024).

Di depan para pemimpin partai politik, Prabowo mengumumkan bahwa pemilihan segera menyatakan biaya tinggi dan dianggap terlalu mahal.

Prabowo membandingkan sistem politik Indonesia dengan negara -negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan India, yang dianggap lebih efektif dalam proses pemilihan.

Baca Juga: Pilkada Langsung Menentang Perwakilan: Demokrasi atau Efisiensi?

Menurutnya, negara -negara tetangga mengadakan pemilihan hanya sekali, yaitu anggota DPRD. Sisanya, kaki tangan regional yang memilih gubernur bupati. Membantu ramai

Sebagian besar partai politik telah setuju dengan proposal Presiden Prabowo. Mereka percaya bahwa pemilihan langsung sangat mahal.

Partai Gerindra dan Golar sebagai partai yang mendukung pemilihan presiden Prabowo 2024 secara terbuka mendukung pidato tersebut oleh RDPD. Partai Kebangkitan Nasional (PKB) juga mengumumkan bahwa mereka memiliki ide yang sama untuk waktu yang lama.

Kantor Kejaksaan (CFP) juga mengumumkannya setuju. Selain menjadi mahal, PKS menghargai bahwa pemilihan langsung dapat menyebabkan konflik dan departemen horizontal karena berbagai pilihan.

Partai Mandat Nasional (PAN) juga mendukung ide -ide Prabowo. Partai NASDEM juga berada di baris yang sama.

Sejauh ini, hanya Partai Demokrat Indonesia dalam pertarungan (PDI Penangan dengan jelas menolak pidato itu. Alasan untuk kembali ke pemilihan kepala regional RDPR dianggap sebagai hak orang untuk memilih langsung dari pemimpin regional.

PDI Pierangan masih ingin bos regional dipilih secara langsung kepada orang -orang. Biaya politik tidak dapat digunakan sebagai alasan untuk menggantikan sistem pemilihan langsung. Polemik pemilu langsung dan tidak langsung

Memilih kepala regional melalui DPRD sebenarnya bukan hal baru. Sistem ini diperkenalkan dalam ordo baru di bawah kepemimpinan Presiden Soharto.

Namun, reformasi ini dievaluasi oleh sistem ini karena dianggap harmoni dengan semangat demokrasi. Untuk alasan ini, menurut kebijakan otonomi regional, sistem pemilihan juga telah berubah, bukan melalui DPRD, tetapi telah secara langsung memilih negara -negara.

Baca juga: Jakarta Pilkada: Pramono-Rano Victory, Prabowo senang

Pemilihan terbukti berubah pada tahun 2014. Koalisi Merah dan Putih (KMP), yang merupakan campuran dari partai yang mendukung pemilihan presiden Prabowo Subianto Pasangan Hatta Rajasa 2014, menginstruksikan DPRD Pilkada.

Kamar Indonesia (DPR) juga meninjau hukum (hukum) Pilkad, salah satu subjek adalah masalah mekanisme pemilihan.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *