Oleh Jeff Seldin/Voice of America Indonesia
Washington, DC, sp-globalindo.co.id – Pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2024 sudah di depan mata. Pemilihan akan dilaksanakan pada Selasa (5/11/2024) waktu setempat.
Sayangnya pemilu presiden Amerika tahun ini berbeda dengan pemilu sebelumnya.
Para pejabat keamanan dan intelijen memperingatkan bahwa para pemilih menghadapi ancaman yang semakin besar dan dinamis, dengan risiko yang berasal dari dalam dan luar.
Baca juga: Pilpres AS 2024: Apa yang Akan Terjadi di Gaza dan Ukraina Jika Harris atau Trump Menang?
Pemungutan suara awal dilakukan pada pemilihan presiden AS tahun 2024, tetapi surat suara dibakar di negara bagian Washington dan Oregon.
“Petugas kami segera menentukan bahwa alat pembakar telah dipasang di kotak suara dan itulah penyebab kebakaran ini,” jelas Mike Penner, juru bicara Departemen Kepolisian Portland, Oregon.
Para pejabat tidak mengesampingkan masalah tambahan karena diperkirakan akan ada lebih banyak pemilih yang akan memilih secara langsung pada Hari Pemilihan.
Namun, pejabat tinggi keamanan pemilu seperti Jane Easterly dari Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur AS memperingatkan warga “untuk tidak panik”.
“Meskipun ancaman yang ada saat ini adalah yang paling kompleks, infrastruktur pemilu saat ini adalah yang paling aman dan komunitas pemilih adalah yang paling siap,” kata Easterly.
Sejak Januari 2023, pejabat federal, negara bagian, dan lokal telah melakukan lebih dari 1,300 penilaian keamanan fisik serta berbagai latihan untuk mempersiapkan diri menghadapi hampir semua situasi.
Baca Juga: Pilpres AS 2024: 7 Negara Bagian Tentukan Hasilnya, Lalu Yang Mana?
Andrew Boren, direktur eksekutif keamanan global di Flashpoint, berbicara kepada VOA melalui Zoom.
“Pejabat pemilu negara bagian dan lokal melihat insiden-insiden yang meresahkan di masa lalu dan belajar darinya. “Saya percaya bahwa pelatihan pemberdayaan di tempat-tempat seperti departemen kepolisian dan petugas keselamatan publik serta penjangkauan juga akan membantu mengurangi kemungkinan terjadinya kekerasan,” katanya.
Namun, badan intelijen Amerika mengatakan ancaman tersebut masih ada. Para pejabat AS memperingatkan bahwa ancaman utama yang datang dari luar negeri adalah apa yang mereka sebut “Tiga Besar”: Rusia, Iran dan Tiongkok.
Mereka mengatakan upaya Rusia bertujuan untuk mengembalikan mantan Presiden Donald Trump ke Gedung Putih.
Sementara itu, Iran disebut-sebut berusaha menyakiti Trump dan membantu Wakil Presiden Kamala Harris karena Iran menganggapnya bukan ancaman.