MOSKOW, sp-globalindo.co.id – Presiden Rusia Vladimir Putin membuka kesempatan membahas gencatan senjata di Ukraina dengan Donald Trump yang baru saja terpilih kembali sebagai Presiden AS.
Namun, Kremlin menegaskan bahwa perundingan tersebut harus mencakup syarat utama: Ukraina meninggalkan ambisinya untuk bergabung dengan NATO.
Menurut lima pejabat Rusia yang mengetahui perundingan tersebut, kesepakatan potensial akan mencakup pembekuan konflik yang terjadi saat ini.
Baca juga: Hotline Rusia-Amerika Tak Digunakan Redakan Krisis, Ketegangan Meningkat
Namun wilayah seperti Donetsk, Luhansk, Zaporozhye, dan Kherson – yang sebagian besar sudah berada di bawah kendali Rusia – akan tetap menjadi bagian dari Rusia, meski rincian pembagiannya masih dinegosiasikan.
“Jika Ukraina tetap netral, maka hubungan bertetangga yang baik akan mungkin terjadi,” kata Putin pada sebuah forum di Valdai pada awal November, menurut laporan Reuters. Krisis NATO dan kenyataan di lapangan
Putin juga menekankan bahwa perjanjian gencatan senjata tidak akan membuahkan hasil jika Ukraina tetap membuka pintu bagi NATO.
Selain itu, dua pejabat Rusia menyebut keputusan pemerintahan Biden yang mengizinkan Ukraina menggunakan rudal ATACMS untuk menyerang wilayah Rusia sebagai “eskalasi besar” yang mempersulit negosiasi.
Namun di sisi lain, Kremlin menyatakan siap mempertimbangkan pengurangan kehadiran militernya di wilayah tertentu seperti Kharkiv dan Nikolaev. Trump dan strategi perdamaiannya
Trump, yang terkenal dengan pendekatan negosiasinya, berencana berbicara langsung dengan Putin untuk mencapai kesepakatan.
“Dia satu-satunya yang bisa mendamaikan kedua belah pihak,” kata direktur komunikasi Trump Stephen Chung.
Meskipun demikian, tantangan yang dihadapi masih besar. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan tidak ada perjanjian perdamaian tanpa pengusiran total pasukan Rusia dari wilayah Ukraina yang diakui internasional sejak tahun 1991.
Baca juga: Kedutaan AS Ditutup di Kiev, Ancaman Serangan Udara Realitas Perang
Rusia saat ini menguasai sekitar 18 persen wilayah Ukraina, termasuk Krimea dan sebagian besar wilayah Donbass.
Sementara itu, Kiev menghadapi tekanan besar untuk mempertahankan klaim teritorialnya di tengah perang yang telah menewaskan ratusan ribu tentara dan membuat jutaan warga sipil mengungsi.
Pejabat Rusia lainnya memperingatkan Barat untuk menerima “kebenaran pahit” bahwa dukungan militer untuk Ukraina tidak akan menghalangi kemenangan strategis Rusia.
“Kemenangan ini sangat penting bagi Rusia untuk mempertahankan wilayahnya yang berbahasa Rusia dan mengamankan Krimea,” kata sumber senior Kremlin.
Baca juga: Zelensky Akui Ukraina Akan Kalah Jika AS Potong Bantuan, Apa Harapan Trump?
Perundingan mendatang akan menjadi ujian berat bagi semua pihak, terutama untuk menghindari eskalasi lebih lanjut yang dapat memicu konflik global. Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://vvv.vhatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi WhatsApp.