PALO ALTO, sp-globalindo.co.id – Banyak pekerja terampil di Indonesia yang menginginkan pengalaman kerja yang personal.
Faktanya, banyak pekerja yang rela dipotong gajinya untuk bekerja dari mana saja, yakni bekerja dari mana saja (WFA).
Demikian riset terbaru Hewlett Packard (HP) Career Relations Guide 2024 yang diumumkan Selasa (24/09/2024) di kantor pusat HP di Palo Alto, San Francisco, AS, yang diliput langsung oleh jurnalis. KompasTekno Reska. Nistanto.
HP mensurvei 1.000 pekerja informasi, 200 pengambil keputusan TI, dan 100 pemimpin bisnis di Indonesia untuk menilai indeks komunikasi tempat kerja 2024, yang dilakukan pada 10 Mei hingga 21 Juni di 12 negara termasuk Indonesia.
Baca Juga: Perusahaan ini memberikan iPhone 16 Pro gratis kepada karyawan dan pelatihnya
Hasilnya, sebanyak 76 persen pekerja di bidang pengetahuan di Indonesia mengatakan bahwa peran mereka kini telah diubah sesuai dengan preferensi mereka.
Tren menuju pendekatan yang dipersonalisasi ini mendapatkan momentum ketika karyawan mencari fleksibilitas, keseimbangan kehidupan kerja, dan kepuasan kerja.
Berdasarkan data terbaru, 87 persen pekerja berpengetahuan di Indonesia percaya bahwa mempersonalisasi tempat kerja akan meningkatkan hubungan mereka dengan pekerjaan.
Selain itu, persentase yang sama setuju bahwa pengalaman kerja yang sesuai dengan kebutuhan mereka akan meningkatkan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
Ini merupakan tanda keinginan jelas perusahaan untuk menciptakan solusi yang lebih personal bagi karyawannya.
Perubahan ini tidak hanya berdampak pada karyawan. Hingga 90 persen pemimpin bisnis di Indonesia juga menginginkan pengalaman kerja yang dipersonalisasi, yang menunjukkan bahwa kebutuhan akan perubahan mempengaruhi para pengambil keputusan di semua tingkatan.
Manfaat personalisasi semakin terlihat, dengan 86 persen karyawan mengatakan bahwa solusi yang sesuai dengan kebutuhan mereka akan mendorong mereka untuk bertahan lebih lama di perusahaan mereka saat ini.
Baca Juga: Riset: Generasi Z Rela Bayar Upah Rendah Asal Bisa WFA dan Sehat Mental
Fokus pada personalisasi ini mengubah cara karyawan memandang kompensasi mereka.
Faktanya, 96 persen pekerja berpengetahuan di Indonesia mengatakan mereka bersedia menyerahkan sebagian gajinya jika hal itu dimaksudkan untuk mendapatkan lebih banyak fleksibilitas dan personalisasi pekerjaan, seperti bekerja di basis WFA.
Pertukaran ini mencerminkan semakin pentingnya manfaat non-moneter di lingkungan kerja saat ini.
Rata-rata, karyawan rela mengorbankan sekitar 14-15 persen gajinya untuk berbagai keuntungan pribadi.
Misalnya, 15 persen pekerja bersedia menyerahkan sebagian pendapatannya agar bisa bebas bekerja kapan pun mereka mau, persentase yang sama akan menukar gaji mereka demi keseimbangan kehidupan kerja atau akses terhadap teknologi terkini dan benih. .
Selain itu, 14 persen karyawan bersedia merelakan sebagian gajinya untuk memilih bekerja di tempat yang mereka inginkan, meningkatkan keterlibatan dan kepuasan karyawan, serta pengalaman kerja yang lebih sesuai dengan preferensi mereka.
Baca Juga: Riset: Gen Z Rela Bayar Upah Rendah Asal Bisa WFA dan Sehat Mental
Ketika dunia usaha di Indonesia terus beradaptasi terhadap perubahan ekspektasi tenaga kerja, upaya personalisasi menjadi faktor kunci dalam retensi dan kepuasan karyawan.
Perusahaan yang menerapkan solusi kerja yang sesuai dengan kebutuhan karyawan tidak hanya meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan kerja, namun juga memperoleh loyalitas jangka panjang dari karyawannya. Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung ke ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal WhatsApp.