SP NEWS GLOBAL INDONESIA

Berita Seputar Global Indonesia

Global

Rusia Sertakan Wilayah Ukraina dalam Laporan Emisinya, Picu Protes COP29

Kyiv, sp-globalindo.co.id – Rusia menuai kritik keras pada COP29, setelah mereka memasukkan wilayah yang didudukinya di Ukraina dalam laporan inventarisasi gas rumah kaca yang diserahkan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Tindakan tersebut memicu protes keras dari para pejabat Ukraina yang melihat tindakan tersebut sebagai upaya untuk melegalkan pendudukan secara internasional.

Dalam inventarisasi gas rumah kaca untuk tahun 2022, Moskow mencatat pada tanggal 8 November bahwa data untuk wilayah Donetsk, Luhansk, Zaporizhia, dan Kherson tidak lengkap.

Baca Juga: Seberapa Kuat Pasukan Korea Utara yang Dilaporkan Dikerahkan dalam Perang Rusia-Ukraina?

Namun, seperti dilansir Reuters, laporan tersebut dengan jelas menyebut wilayah tersebut sebagai bagian dari Federasi Rusia, meski dianeksasi secara ilegal pada September 2022.

Wakil Menteri Lingkungan Hidup Ukraina Olga Yukhimchuk mengutuk tindakan Rusia.

“Kami melihat Rusia menggunakan platform internasional untuk melegalkan pendudukannya atas wilayah kami,” katanya kepada wartawan di sela-sela pertemuan.

Ukraina juga meminta badan iklim PBB, UNFCCC, untuk segera menyelesaikan perselisihan tersebut.

Menteri Lingkungan Hidup Ukraina Svitlana Grinchuk menambahkan bahwa informasi tersebut merusak integritas global dalam perjuangan melawan perubahan iklim.

Ia memperingatkan risiko emisi dua digit di wilayah yang luas, setara dengan luas Portugal dan Azerbaijan.

Kristina Voigt, pakar hukum internasional di Universitas Oslo, mengatakan klaim Rusia melanggar hukum internasional.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Dipecat karena Tidur Siang Setelah Ekstensi | Rusia memperingatkan AS dia. Menjelang peluncuran rudal

“Mengklaim emisi seolah-olah berasal dari wilayah mereka sendiri adalah pernyataan sepihak yang bertentangan dengan status hukum internasional wilayah tersebut,” ujarnya.

Ia juga menekankan potensi bahaya dari tuntutan Rusia untuk mengurangi emisi dari wilayah yang dianeksasi untuk menjualnya sebagai kredit karbon di pasar internasional. “Ini bisa dianggap sebagai penyitaan ilegal atas properti milik negara lain,” tambah Voigt.

Para aktivis melihat kejadian ini sebagai bukti bahwa konflik geopolitik dapat mengalihkan perhatian dari upaya kolektif untuk memerangi pemanasan global.

Nikki Reisch dari Pusat Hukum Lingkungan Internasional mengatakan kasus ini merupakan “tanda zaman” di mana konflik politik global mengancam integritas negosiasi iklim.

Baca juga: Rusia Akui Butuh Tenaga Kerja Asing

Rusia juga memasukkan emisi dari wilayah Krimea, yang dicaploknya pada tahun 2014, dalam laporan resminya kepada UNFCCC. Menghadapi ketegangan-ketegangan ini, COP29 semakin mencerminkan sejauh mana politik internasional dapat mempersulit agenda global untuk memerangi krisis iklim. Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi WhatsApp.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *