SP NEWS GLOBAL INDONESIA

Berita Seputar Global Indonesia

Global

Sama Seperti di Gaza, Pengungsi Sudan Juga Berharap Bisa Bertahan Hidup dari Perang

KHARTOUM, sp-globalindo.co.id – Tidak hanya wilayah utara (Gaza dan Lebanon) yang terkena dampak perang, wilayah selatan seperti Sudan juga terkena dampak perang saudara mulai awal tahun 2023.

Di Sudan, banyak warga yang mengungsi ke daerah lain, bahkan ke negara tetangga, untuk menyelamatkan diri.

Diketahui, telah terjadi perang internal antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF).

Baca juga: Saat Perang, Barang Antik di Museum Sudan Dijarah dan Diselundupkan

Konflik ini menimbulkan kekacauan dimana-mana. Tak heran, warga terpaksa meninggalkan ibu kota, Khartoum.

Seperti yang dialami salah satu warga ini. Abdullah (nama samaran), seorang guru bahasa Inggris asal Sudan, tidak pernah membayangkan bisa lari dari konflik.

Ia justru mengatakan, lari dari satu konflik berarti menghadapi konflik lain secara langsung.

Setelah melarikan diri dari perang saudara di negaranya dan mencari perlindungan di Ethiopia, dia melarikan diri lagi setelah kamp pengungsi tempat dia tinggal diserang oleh bandit dan milisi yang berperang melawan pasukan pemerintah Ethiopia.

Seperti diberitakan The Guardian, Kamis (21/11/2024), pria berusia 27 tahun tersebut merupakan satu dari ribuan pengungsi Sudan yang melarikan diri dari kamp-kamp yang dikontrol PBB di wilayah Amhara Ethiopia pada tahun 2024 dengan mendirikan kamp darurat. di hutan Avlala.

Lokasinya berada beberapa kilometer sebelah timur dari tempat perlindungan aslinya. Jika tidak terjangkau oleh pemerintah dan sumber makanan, kerentanan mereka menjadi lebih serius.

Ia teringat suatu malam di kegelapan hutan, bagaimana ia sedang duduk bersama seorang temannya, namun kemudian pembicaraan mereka terhenti oleh suara tembakan.

“Saya bisa mendengar jeritan perempuan dan anak-anak. Setiap malam kami berharap bisa selamat,” ujarnya.

Baca juga: 3 Hari Serangan Paramiliter Sudan Tewaskan 65 Orang

Tiga pengungsi yang menghabiskan musim panas di Hutan Avlala mengatakan bahwa mereka berbagi penderitaan yang mereka hadapi 19 bulan setelah meninggalkan tanah air mereka.

Perang saudara yang brutal diketahui telah memakan korban antara 20.000 hingga lebih dari 100.000 jiwa.

Dua pengungsi, Abdullah dan Mahmoud (nama samaran), kini tinggal di pusat transit yang dikelola PBB di dekat perbatasan Sudan.

Sedangkan yang ketiga, Karam (nama samaran) melakukan perjalanan ke ibu kota Ethiopia, Addis Ababa.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *