sp-globalindo.co.id – Timnas Indonesia mengandalkan pemain-pemain dari Liga Indonesia, baik Liga 1 maupun Liga 2, serta pemain-pemain yang berkarier di luar negeri untuk mengikuti Piala AFF 2024.
Sebelumnya, 33 nama pemain dipanggil untuk mengikuti pemusatan latihan timnas Indonesia di Bali hingga Rabu (4/12/2024) mendatang.
Namun kecil kemungkinan pemain asing akan dilibatkan karena Piala AFF merupakan turnamen yang tidak masuk dalam kalender FIFA.
Baca Juga: Timnas Indonesia mungkin tanpa Justin Hubner dan Ivar Jenner di Piala AFF 2024
Sebagian besar pemain yang mengikuti pemusatan latihan musim ini adalah pemain muda yang berusia di bawah 22 tahun. Pemain tertua yang dipanggil ke Piala AFF adalah Asnavi Mangkulam yang baru berusia 25 tahun.
Banyaknya pemain tersebut merupakan hasil pantauan langsung pertandingan Ligue 1 yang dilakukan pelatih Shin Tae-yong selama beberapa bulan terakhir.
Hal ini sejalan dengan permintaan khusus Ketua Umum PSSI Eric Thohir yang meminta pelatih asal Korea Selatan itu lebih memantau peluang di Liga Indonesia.
Baca Juga: Piala AFF 2024: Pelatih Port FC ingin melihat Asnawi bermain untuk Timnas Indonesia
Manajer sepak bola senior, Gita Suwondo menilai kombinasi tim di turnamen ini bisa menjadi hal terpenting bagi sepak bola Indonesia.
Terutama karena kebangkitan timnas Indonesia, namun jika dicermati merupakan peluang untuk mengukur hasil perkembangan Liga Indonesia.
Kompetisinya kompetitif, yang jelas jadwalnya bagus, setelah jeda kompetisi pertandingan langsung berjalan, kalau hari pertandingan FIFA berhenti, tidak seperti musim lalu, kata Kompas. com.
Perhatian diberikan pada pemilihan pemain tanpa mempertimbangkan kualitas kompetisi.
Shin Tae-yong tidak mengutamakan pemain-pemain berkualitas tinggi, melainkan memberi kesempatan kepada pemain-pemain yang berkiprah di Liga 2, seperti dua kiper, Kahya Supriyadi (Kota Bekasi) dan Erlanga Setyo (PSPS Pekanbaru).
Hal ini memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh pemain untuk memperkuat timnas Indonesia.
Secara internal, kebijakan ini menyebabkan seluruh pemain kehilangan zona amannya.
Pemain harus berusaha lebih keras untuk membuktikan kemampuannya di mata pelatih. Suasana persaingan yang ketat tercipta di antara para pemain.
“Kalau kita bicara persiapan pemain timnas, misalnya Piala AFF ini, walaupun timnas namanya Ligue 1, tapi kalau dilihat posisi kipernya, dia dari Liga 2, kalau dari Liga 1., dia bukan kiper utama, dia dari Kalimantan atau Semnan,” kata Geeta Suwando.