sp-globalindo.co.id – Aplikasi perpesanan populer Telegram telah memperbarui aturan mainnya, antara lain, di platformnya. Kini, mereka ingin membagikan atau menyimpan data pengguna kepada pemerintah jika diwajibkan oleh proses hukum.
Informasi pengguna yang dimaksud meliputi alamat IP dan nomor telepon yang terdaftar di Telegram, sedangkan pemerintah adalah otoritas, penegak hukum, dan polisi di negara tersebut.
Sebelumnya, Telegram hanya akan merilis data pengguna jika pengadilan dapat membuktikan bahwa mereka diduga atau diduga terlibat dalam aktivitas teroris.
Oleh karena itu, perubahan kebijakan Telegram dalam membagikan data pengguna terhadap penjahat tercantum dalam Kebijakan Privasi Telegram yang dapat dilihat pada halaman berikut.
Pada poin 8.3 yang menjelaskan mengenai “otoritas penegak hukum”, Telegram menyatakan bahwa jika pengguna bertanggung jawab atas aktivitas kriminal di Telegram, maka data pengguna akan dibagikan kepada otoritas terkait, yang tentunya melanggar Ketentuan Layanan Telegram.
“Jika Telegram menerima surat perintah sah dari otoritas kehakiman yang mengonfirmasi bahwa Anda adalah tersangka dalam kasus pidana karena melanggar Ketentuan Layanan Telegram, kami akan menganalisis permintaan tersebut secara hukum dan memberikan alamat IP serta nomor telepon Anda kepada otoritas terkait,” tulis Telegram .
Baca juga: Pendiri Telegram Akhirnya Buka Suara Usai Ditangkap di Prancis
Telegram tidak mengatakan apakah informasi apa pun selain alamat IP dan nomor telepon akan dibagikan kepada pemerintah. Jika masih ada, informasi pembagian data akan mereka umumkan melalui laman resmi Telegram.
“Jika ada informasi yang dibagikan, kami akan memuat kejadian tersebut dalam Laporan Kuartalan Transparansi yang dipublikasikan di https://t.me/transparency,” tambah Telegram.
Halaman ini mencantumkan ketentuan layanan Telegram, ketentuan layanan lainnya, dan apa yang tidak boleh dilakukan pada platform yang dibuat oleh Pavel Durov.
Daftar lengkap Ketentuan Layanan Telegram dapat dilihat pada tautan berikut, namun secara umum di Telegram, pengguna tidak diperbolehkan untuk: menggunakan Telegram untuk mengirim spam atau melakukan penipuan (fraud) terhadap pengguna. Kekerasan di saluran, mainan, dll. Telegram yang terlihat oleh publik. Penghapusan konten porno ilegal di saluran, mobil, dll. Telegram yang terlihat oleh publik. Mereka terlibat dalam aktivitas yang dianggap ilegal di sebagian besar negara. Hal ini mencakup kekerasan/pelecehan terhadap anak, penjualan atau penyediaan barang dan jasa ilegal (narkoba, senjata api, dokumen palsu).
Baca Juga: Selain Pavel Durov, 4 CEO perusahaan teknologi ini ditangkap
Perbarui rencana setelah penangkapan CEO
The Telegraph tidak mengungkapkan secara rinci mengapa mereka memperbarui rencana di situsnya. Hal ini dapat diminta agar Telegram lebih aman dari tindakan dan aktivitas kriminal.
Namun yang jelas, perubahan kebijakan Telegram ini diterapkan sebulan setelah CEO Telegram Pavel Durov ditangkap di bandara Le Bourget di Prancis pada 24 Agustus.
Durov ditangkap karena pihak berwenang Prancis yakin itu adalah situs Telegram yang sengaja dipublikasikan dan dikendalikan karena banyak kejahatan, seperti distribusi narkoba dan konten ilegal, dilakukan dan disiarkan dalam pertemuan.
Beberapa hari kemudian, pada 28 Agustus, Durov dibebaskan dengan jaminan setelah menjanjikan 5 juta koin (sekitar Rp 84,2 miliar).
Meski bebas, aktivitas Dureau akan terus diawasi dan dilarang meninggalkan Prancis hingga penyidikan dan proses hukum terhadapnya selesai, demikian kompilasi KompasTekno TheRegister, Rabu (25/9/2024).
Baca juga: CEO Telegram Divonis 10 Tahun Penjara Akses Saluran Berita Favorit Anda sp-globalindo.co.id Pilih Saluran WhatsApp: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D Pastikan Anda sudah menginstal aplikasi WhatsApp.