KYIV, sp-globalindo.co.id – Pasukan Korea Utara (Korut) dikabarkan bentrok untuk pertama kalinya dengan pasukan Ukraina di wilayah Kursk Rusia pada Selasa (11/05/2024).
Di hari yang sama, pemilihan presiden 2024 digelar di Amerika Serikat (AS) yang dimenangkan oleh Donald Trump.
Faktanya, Trump dikenal sebagai sosok isolasionis yang menentang lebih banyak bantuan militer ke Ukraina.
Baca juga: Bisakah Korea Selatan Kirim Pasukan ke Ukraina untuk Ikut Perang?
“Perang pertama dengan tentara Korea Utara telah membuka halaman baru ketidakstabilan di dunia,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidato malamnya.
“Kita harus melakukan segalanya untuk memastikan langkah Rusia memperluas perang gagal,” tambahnya, seperti dikutip Al Jazeera, Jumat (8/11/2024).
Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov, mengatakan bentrokan tersebut bersifat kecil dan pasukan Korea Utara tidak bertempur dalam formasi terpisah.
Namun termasuk dalam unit Rusia di bawah kedok Burat di Federasi Rusia.
Pada hari Sabtu, Intelijen Militer Ukraina (MII) mengatakan bahwa Rusia telah memindahkan lebih dari 7.000 tentara Korea Utara ke daerah dekat Ukraina pada minggu terakhir bulan Oktober.
Jumlahnya sekitar 3.000 tentara Korea Utara, yang menurut intelijen Korea Selatan dan AS, berada di wilayah Kursk Rusia pada 30 Oktober 2024.
GUR mengatakan Rusia mendatangkan 28 pesawat militer Rusia dan melengkapinya dengan mortir, senapan serbu, dan senapan mesin Rusia.
Rusia telah mengirimkan 45.000 tentara untuk mengusir pasukan Ukraina dari Kursk dan bertujuan untuk meningkatkan jumlah mereka, kata panglima pasukan Ukraina, Alexander Syrsky, di media sosial.
Baca Juga: Profil Jack Smith dan Beberapa Hal Terkait Kasus Donald Trump
“Pasukan Rusia di wilayah ini tidak mencukupi, sehingga mereka berusaha menarik pasukan Korea Utara di sana,” tulisnya.
Diketahui, jumlah pasukan Rusia yang menjadi korban pertempuran Kursk berjumlah hampir 21 ribu tentara, termasuk hampir 8 ribu orang tewas.
Baik Moskow maupun Pyongyang tidak mengakui laporan bahwa pasukan Korea Utara berperang di pihak Rusia.
John Kirby, juru bicara keamanan nasional di Washington, mengatakan bahwa pasukan Korea Utara yang terlibat dalam pertempuran tersebut merupakan sasaran yang wajar bagi pasukan Ukraina.