SP NEWS GLOBAL INDONESIA

Berita Seputar Global Indonesia

Sports

Toyota Harap Pemerintahan Baru Cepat Dorong Daya Beli

JAKARTA, sp-globalindo.co.id – Toyota Indonesia berharap pemerintahan baru mampu segera menjawab tantangan industri, khususnya industri otomotif yang berdampak pada kehidupan banyak orang.

Ingatlah bahwa industri otomotif melibatkan lebih dari 1,5 juta orang dalam rantai industri yang mencakup branding, perakitan, bodywork, konverter, bengkel, suku cadang, dan pembiayaan.

“Sekarang fokusnya (pemerintahan baru) bagaimana cepat memulihkan daya beli. Karena kalau daya beli tidak tumbuh maka investasi tidak akan datang. Industri sedang melambat,” kata Bob Azam, Wakil Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia. . Di Kawasan BSD, Tangerang, Rabu (9/10/2024).

Baca Juga: Gejala Sabuk Aus Dan Pengaruhnya Terhadap Performa Mobil

“Kebijakan yang merugikan kita sering kali terlambat dikembangkan, sehingga biaya pemulihannya tinggi,” lanjutnya.

Bob juga meyakini dengan kondisi pasar saat ini, pemerintah bisa menghindari kenaikan pajak. Secara spesifik, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) diperkirakan sebesar 12 persen pada tahun 2025.

Salah satu penyebabnya adalah pelemahan pasar sejak Indeks Manajer Pembelian (PMI) Indonesia turun di bawah 50.

“Jadi sebaiknya pemerintah menahan diri untuk tidak menaikkan pajak. Padahal, negara-negara lain sudah mulai menurunkan suku bunga. Kalaupun suku bunga diturunkan, itu tidak cukup untuk meningkatkan daya beli,” ujarnya.

“Tetapi seperti biasa saya yakin pemerintahan baru akan berhasil. Kita berharap pemerintahan baru membawa berkah,” pungkas Bob.

Sekadar informasi, Indonesia saat ini sedang mengalami penurunan daya beli yang dibuktikan dengan menurunnya jumlah penduduk kelas menengah yang menuju garis kemiskinan dari 57,33 juta orang dalam lima tahun terakhir menjadi 47,85 juta orang pada tahun 2024 (BPS data).

Baca Juga: Indonesia menyumbang 30 persen penjualan mobil di ASEAN

Sementara PMI manufaktur Indonesia Agustus 2024 tercatat tepat di bawah 50 yakni sebesar 48,9 berdasarkan data S&P Global. Lebih rendah dibandingkan sebulan lalu yang mencapai 49,3.

PMI sering digunakan untuk memahami arah perekonomian dan pasar serta untuk mengungkapkan prospek masa depan. Oleh karena itu, negara-negara dengan PMI manufaktur di atas 50 dianggap memiliki industri/manufaktur yang berkinerja baik/berkembang.

Oleh karena itu, jika nilai PMI manufaktur berada di bawah 50, berarti aktivitas manufaktur sedang tidak baik atau lesu.

Di industri otomotif, keadaan ini berbanding lurus dengan penurunan penjualan mobil. Total pengiriman grosir atau ke dealer mencapai 560.619 unit pada Januari-Agustus 2024, turun 17,1 persen dari 675.859 unit pada periode yang sama tahun lalu, menurut data Caikindo.

Sementara penjualan eceran juga melemah 12,1 persen pada periode yang sama, dari 665.262 unit menjadi 584.857 unit. Dengarkan berita dan berita ujian kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda sudah menginstal aplikasi WhatsApp.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *