TEHERAN, “sp-globalindo.co.id” – Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan menolak keras klaim Presiden terpilih AS Donald Trump yang menyebut penggulingan Presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai “rezim persahabatan” oleh Turki.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Fidan mengatakan bahwa yang terjadi di Suriah bukanlah Turki yang mengambil alih kekuasaan, melainkan ekspresi keinginan rakyat Suriah.
Trump memuji strategi Turki pada konferensi pers awal pekan ini, dan menyebutnya sebagai “pendudukan yang bermusuhan tanpa korban jiwa yang signifikan” di Suriah.
Baca juga: Di Turki, jumlah korban akibat alkohol terkontaminasi metanol mencapai 37 orang.
Namun Fidan menegaskan bahwa klaim tersebut adalah kesalahan besar dan Turki tidak ingin menjadi kekuatan pengendali di Suriah.
“Ini bukan perebutan kekuasaan bagi rakyat Suriah. Saya kira kalau ada perebutan kekuasaan, itu adalah keinginan rakyat Suriah yang sedang mengambil alih kekuasaan sekarang,” kata Fidan.
Fidan juga mengatakan Turki tidak ingin mendominasi Suriah atau negara lain di kawasan, seperti Iran atau negara Arab.
Sebaliknya, menurutnya, prinsip utama penyelesaian permasalahan kawasan haruslah persatuan dan kerja sama, bukan dominasi kekuatan apa pun.
Fidan juga menanggapi laporan kemungkinan serangan besar-besaran yang dilakukan Turki terhadap pasukan Kurdi di Suriah.
Dia menyebut YPG, yang terkait dengan PKK, yang dianggap Turki sebagai kelompok teroris, merupakan ancaman signifikan bagi negaranya.
Namun, Fidan juga mengatakan Turki tidak perlu melakukan intervensi lebih lanjut jika pemerintah Suriah menyelesaikan masalah pasukan Kurdi dengan baik.
Baca Juga: Turki Kecam Rencana Israel Rebut Dataran Tinggi Golan
Menurutnya, pemerintahan baru Suriah merupakan mitra sah Turki, terbukti dengan dibukanya kembali Kedutaan Besar Turki di Damaskus.
Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang diakui sebagai kelompok teroris oleh beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Fidan mengusulkan untuk menghapus kelompok tersebut dari daftar organisasi teroris.
Baca Juga: Turki membuka kembali kedutaan di Suriah setelah ditutup pada tahun 2012
Dia meminta komunitas internasional, termasuk PBB, untuk mengubah pendekatannya terhadap HTS, yang saat ini menjadi salah satu kekuatan utama di Suriah setelah Assad.
Dengarkan berita dan berita pilihan kami di ponsel Anda.