SP NEWS GLOBAL INDONESIA

Berita Seputar Global Indonesia

Global

Uni Eropa Dorong Penggunaan Aset Rusia yang Dibekukan untuk Bantu Ukraina

 

BRUSSELS, sp-globalindo.co.id – Diplomat terkemuka Uni Eropa Kaza Karas menyerukan pembekuan aset Rusia di Uni Eropa untuk membantu Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia. 

Dalam wawancara pertamanya sebagai Perwakilan Tinggi UE untuk Urusan Luar Negeri dan Keamanan, Karas mengakui bahwa Ukraina memiliki hak yang sah untuk meminta ganti rugi atas kerusakan akibat perang.

“Aset yang dibekukan ini merupakan alat penting untuk memberikan tekanan pada Rusia,” kata Karas, seraya menambahkan bahwa dana tersebut dapat digunakan untuk membayar kerugian Rusia di Ukraina. 

Baca juga: Negara-negara UE akan melarang merokok di luar ruangan dan rokok elektrik

Menurut sebuah laporan di Guardian, Uni Eropa saat ini memegang lebih dari dua pertiga dari aset negara Rusia senilai $300 miliar yang disita oleh sekutu Barat setelah invasi besar-besaran ke Ukraina.

Meskipun beberapa langkah awal telah diambil, Uni Eropa belum menyita seluruh dana tersebut karena kekhawatiran akan komplikasi hukum. 

Karas mengakui sensitifnya masalah ini, namun tetap optimis bahwa solusi akan ditemukan. Dia menggambarkan langkah tersebut sebagai investasi dalam keamanan Eropa dan global.

“Dukungan untuk Ukraina bukanlah sebuah amal. Ini adalah langkah untuk melindungi keamanan kita sendiri,” kata Karas. 

Ia juga memperingatkan risiko meningkatnya konflik jika Rusia memenangkan perang, dan mengatakan bahwa negara-negara seperti Korea Utara dan Tiongkok terus memantau perkembangan tersebut.

Dalam perannya, Karas juga fokus pada upaya meningkatkan bantuan ke Ukraina di tengah potensi penurunan dukungan dari Amerika Serikat. Dengan kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih tahun depan, Eropa harus bersiap untuk meningkatkan kontribusinya.

Namun, usulan Karas kemungkinan akan menimbulkan ketegangan antar negara anggota UE.

Baca juga: AS, UE Serukan Eskalasi Situasi di Suriah, PBB: Perang Harus Dihentikan

Beberapa negara, seperti Jerman dan Hongaria, baru-baru ini menjalin hubungan diplomatik langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Karas mengkritik pendekatan ini, dengan mengatakan, “Presiden Putin ingin mempermalukan Eropa.”

Dalam wawancara yang sama, Karas juga membahas situasi di Suriah, termasuk runtuhnya rezim Bashar al-Assad secara tiba-tiba setelah 54 tahun berkuasa. Dia mengatakan perubahan tersebut merupakan peluang untuk membuat masa depan Suriah lebih stabil, namun memperingatkan bahwa kehati-hatian diperlukan.

Pendekatan UE terhadap Pemerintah Transisi Suriah, dan khususnya terhadap kelompok oposisi berpengaruh seperti Hayat Tahrir al-Sham (HTS), akan sangat bergantung pada tindakan mereka, termasuk tindakan pembalasan dan penghindaran radikalisasi.

Baca selengkapnya: Semua negara anggota UE diminta untuk mematuhi keputusan ICC; Netanyahu, Yoav Galan dan Ibrahim al-Masri ditangkap

Karas menekankan pentingnya pendekatan bersama Uni Eropa terhadap masalah migrasi, termasuk terhadap pengungsi Suriah. Beberapa negara telah mulai menangguhkan pemrosesan permohonan suaka, sementara Austria telah memulai program repatriasi dan deportasi.

​ Dengarkan berita terkini dan berita pemilu langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita pilihan Anda dan akses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda sudah menginstal aplikasi WhatsApp.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *