GAZA, sp-globalindo.co.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hanya 78 dari 12.000 pasien yang membutuhkan evakuasi medis baru-baru ini diizinkan meninggalkan Jalur Gaza, termasuk 2.500 anak-anak.
“Pada tingkat ini, diperlukan waktu lima hingga 10 tahun untuk menyelesaikan pencatatannya,” kata Rik Peeperkorn, perwakilan WHO untuk Tepi Barat dan Gaza.
Seperti diberitakan Guardian, situasi ini diperparah dengan lambatnya respons militer Israel terhadap permintaan pembebasan. UNICEF melaporkan banyak anak meninggal saat menunggu izin berangkat.
Baca juga: Jerman Beri Israel Kebebasan Memilih dan Tolak Tuduhan Genosida di Gaza
Sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023, 5.230 pasien telah dipulangkan. Namun, menurut juru bicara WHO Margaret Harris, jumlah ini telah menurun secara signifikan sejak bulan Juni, ketika perbatasan Rafah ke Mesir ditutup.
Dalam beberapa bulan terakhir, hanya 342 pasien yang dipulangkan, rata-rata kurang dari dua pasien per hari. Hambatan untuk evakuasi
Doctors Without Borders (MSF) mengkritik keputusan Israel yang dianggap remeh.
Dalam beberapa kasus, permintaan evakuasi pasien anak ditolak tanpa alasan yang jelas.
Moeen Mahmood, direktur Doctors Without Borders di Yordania, mengatakan: “Keputusan ini tidak didasarkan pada tuntutan atau logika.”
Militer Israel mengatakan keputusan penarikan itu diambil setelah pemeriksaan keamanan yang ketat. Jika ternyata pasien atau rekannya terkait dengan kegiatan teroris, maka permohonannya akan ditolak.
Baca juga: Israel Tolak Laporan Amnesty International Soal Genosida di Gaza
Pada bulan Agustus, Doctors Without Borders menyerukan evakuasi terhadap 32 anak dan teman-teman mereka, namun hanya enam yang diizinkan pergi.
Pada bulan November, MSF menyerukan evakuasi delapan pasien lagi, termasuk seorang anak berusia dua tahun yang kakinya diamputasi. Namun, hanya lima yang disetujui tanpa pengawasnya.
Selain terhambatnya evakuasi, WHO melaporkan adanya serangan terhadap sebuah rumah sakit di utara Jalur Gaza pada Jumat (12 Juni). Rumah Sakit Kamal Adwan, salah satu fasilitas kesehatan yang tersisa di wilayah tersebut, diserang tanpa peringatan.
“Tidak ada peringatan resmi mengenai bom tersebut, hanya rumor yang menimbulkan kepanikan,” kata Peeperkorn.
Hussam Abu Safia, direktur rumah sakit, melaporkan banyak orang tewas dalam serangan itu, termasuk empat pekerja rumah sakit.
Baca juga: Majelis Umum PBB Desak Pembentukan Negara Palestina, Desak Israel Mundur dari Gaza dan Tepi Barat
Sejak konflik dimulai pada Oktober 2023, Kementerian Kesehatan Palestina mencatat sedikitnya 44.612 warga sipil tewas dan 104.834 luka-luka akibat serangan militer Israel. WHO dan organisasi internasional lainnya mendesak warga negara untuk memastikan akses yang aman dan mendesak terhadap perawatan medis. Dengarkan berita terkini dan berita pilihan langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita pilihan Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi WhatsApp.