sp-globalindo.co.id – Stroke masih menjadi penyakit utama yang menyebabkan kecacatan dan kematian. Serangan penyakit ini juga terjadi secara tiba-tiba sehingga kita harus menghindarinya dengan mengendalikan faktor risikonya.
Stroke terjadi ketika pembuluh darah yang membawa oksigen dan makanan ke otak tersumbat atau pecah. Berdasarkan cara terjadinya, stroke dibedakan menjadi dua jenis, yakni stroke iskemik (penyumbatan) dan stroke hemoragik (pendarahan).
Stroke iskemik terjadi ketika aliran darah ke otak tersumbat secara tiba-tiba, sedangkan stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah sehingga darah mengalir ke rongga sekitar jaringan otak. Kedua jenis stroke tersebut menyebabkan kematian sel dan jaringan otak. .
Menurut dr Nandini Phalita Laksmi Sp.S, ada banyak faktor risiko stroke yang bisa dikendalikan.
Faktor risiko stroke antara lain diabetes yang tidak terkontrol, tekanan darah tinggi, atau kolesterol tinggi. Ini disebut juga faktor risiko klasik, jelas dokter spesialis saraf dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta (29/10/2024).
Pada pasien stroke yang berusia di bawah 45 tahun, biasanya terdapat kelainan pada tubuh yang berperan.
Baca juga: Ini 3 Jenis Aktivitas Fisik untuk Mencegah Stroke
Misalnya, pasien stroke termuda yang pernah saya tangani berusia 17 tahun. Hal ini terjadi karena ada kelainan yang membuat darahnya sangat kental, kata dr Reza Aditya Arpandi Sp.S.
Meski begitu, menurutnya, faktor gaya hidup juga berperan besar terhadap kejadian stroke.
“Gaya hidup kita semakin berubah menjadi tidak aktif, kurang olah raga, sedangkan pola makan kita kaya lemak, gula dan garam,” kata dr Reza.
Faktor risiko lain yang perlu diwaspadai adalah kebiasaan merokok dan obesitas. Semakin banyak faktor risiko yang dimiliki, maka semakin rentan pula seseorang terkena serangan jantung.
Beberapa faktor risiko stroke dapat dicegah, antara lain dengan mengubah gaya hidup menjadi sehat, berhenti merokok, menjaga diabetes, tekanan darah, atau kolesterol tetap terkendali.
Pemeriksaan pukulan
Untuk mendeteksi risiko stroke, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Apalagi jika kita memiliki faktor risiko atau riwayat keluarga terkena stroke.
“Pemeriksaan faktor risiko bisa dilakukan di Puskesmas, misalnya dengan mengukur tekanan darah, gula darah, atau kolesterol. Nanti diketahui seberapa besar risiko terkena serangan jantung, jika risikonya tinggi maka bisa dilakukan pengobatan. atau dirujuk ke RS,” kata Direktur RS PON, dr. Adin Nulkhasanah Sp.S.
Baca juga: Mengapa Usia Di Atas 40 Tahun Rentan Terkena Hipertensi?
Untuk pemeriksaan lebih menyeluruh dapat dilakukan pemeriksaan stroke yang meliputi pemeriksaan pembuluh darah otak dan juga pembuluh darah karotis di leher.
“Pemeriksaan ini untuk mendeteksi apakah ada pembatasan. Kalau ada, bisa dihindari dengan melakukan intervensi. Kalau tindakan itu dilakukan, terbukti hampir 100 persen mencegah stroke,” ujarnya.
Untuk memberikan layanan penanganan stroke yang komprehensif akibat penyempitan arteri karotis, RS PON meluncurkan Pusat Karotis Komprehensif.
“Layanan ini tidak hanya memberikan pengobatan dan rehabilitasi stroke, tetapi juga pencegahan, dengan dokter dari beberapa departemen multidisiplin,” kata dr Adin. Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses Saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda sudah menginstal aplikasi WhatsApp.